Guru
di sekolahku memberikan tugas untuk menuliskan surat pembaca. Surat pembaca
adalah surat dimana kita mengeluarkan semua uneg-uneg kita tanpa perlu
memikirkan tatanan bahasa atau tatanan surat. Mirip seperti sebuah catatan hati
mungkin?
Awalnya
agak ragu sih, buat bikin artikel ini. Tapi, mungkin aku akan mencoba mengambil
resiko yang cukup berani kali ini. Oke, gak perlu basa basi kebanyakan opening.
Surat pembaca yang ini tidak akan se-menyakitkan surat pembaca yang asli.
Surat
pembacaku mengenai kritik system pembelajaran Sekolah di Indonesia. Atau lebih
tepatnya, di sekolkahku. Yang mana, kurang aku suka. Siapkan hati dan emosi…
Apa Yang Salah Dengan Sekolah
Sekolah,
tempat dimana seharusnya kita belajar dengan gembira. Belajar tanpa paksaan
atau beban. Rumah kedua kita. Tempat kita seharusnya merasa nyaman. Tempat kita
meraih ilmu dan belajar hal-hal yang baru untuk membantu kita meraih cita-cita.
Tapi
semua itu hanyalah pandangan masa lalu. Semua itu hanyalah gambaran sekolah
masa lalu. Bagaimana dengan sekarang? Belajar dari pukul 07.00-13.00 atau
bahkan lebih. Belum termasuk ekstrakurikuler atau pelajaran tambahan yang harus
diikuti. Belum lagi les selama 1-2 jam.
Sampai
di rumah, ingin istirahat? Itu hanya mimpi seorang pelajar. Sampai di rumah,
kami masih harus mengerjakan PR yang diberikan oleh guru. Dan kami juga harus
belajar untuk ulangan esok hari yang terkadang bukan hanya 1 ulangan, tetapi
sampai 2-3 ulangan.
Guruku
berkata “Kenapa kalian tidak mengerjakan tugas? Karena tidak punya waktu? Kita
semua diberikan waktu sama oleh Tuhan. 24 jam, tidak ada bedanya. Saya juga
harus bersama kalian dari awal kalian masuk sekolah sampai pulang sekolah.”
Yang
berbeda adalah posisi seorang Guru dan serang Pelajar. Mungkin saat akan
diadakan UTS, UAS, dan UKK guru harus bergadang membuat soal. Tapi pelajar,
kami harus bergadang hampir setiap hari, setiap malam. Untuk apa? Untuk
mengerjakan tugas, latihan, PR, dan untuk mempersiapkan ulangan atau pelajaran
esok.
Seorang
guru memarahi muridnya karena tidak mengerjakan PR atau karena nilai ulangannya
jelek. Tapi saat guru terlambat masuk kelas, lupa mengembalikan buku murid,
tidak sempat mengoreksi ulangan, dan memarahi murid, apa yang dapat dilakukan
seorang murid?
Bukankah
terlihat jelas kalau seorang guru begitu tau banyak hal? Terlalu banyak sampai
dia tidak mengetahui apa-apa. Terkadang semakin lama seorang guru mengajar,
semakin butalah dia jadinya. Kenapa aku mengatakannya?
Seorang
guru yang sudah lama mengajar dan menilai dirinya berpengalaman, akan memakai
cara mengajarnya yang lama. Semakin tinggi hati dia, semakin dia tidak menyadari
dan tidak melihat kalau semua orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda.
Sedangkan
seorang guru baru, dia akan mempelajari kepribadian setiap murid. Dia akan
mempelajari bagaimana menghadapi murid yang sifatnya berbeda-beda. Dia tidak
akan bersikap sok tau dan tidak akan bertindak seolah dia tau segalanya.
Guru
memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada Guru Baru dengan sifat Guru Lama, Guru
Lama dengan sifat Guru Baru, Guru Baru dengan sifat Guru baru, dan Guru Lama
dengan sifat Guru Lama. Setiap orang berhak memilih ingin jadi seperti apa dia.
Kenapa
seorang murid mendapat nilai jelek atau tidak mengerjakan tugas? Terkadang
bukan karna mereka lupa. (LUPA adalah alasan yang sering dipakai saat guru
menanyakan PR). Terkadang mereka tidak punya waktu untuk itu.
Seorang
murid merasa terancam akan dimarahi guru, mendapat poin, dihukum, dipermalukan,
di ejek, dan berbagai alasan lain. Mereka akan memaksakan diri untuk mengerjakan
tugas, dll. Mereka jadi lupa akan kesehatan mereka. Mereka lupa kalau mereka
membutuhkan tidur yang cukup.
Guru
sekarang kurang menyadari kalau dia bukanlah satu satunya guru. Memberi PR
sebanyak mungkin agar muridnya pintar. Tapi, seorang murid tidak hanya akan
mendapat PR dari seorang guru saja dalam sehari. Bahkan ada juga tugas yang
tidak dapat dikerjakan dalam waktu 1 hari.
Apakah
seorang guru mampu mengajar semua mata pelajaran? Tidak. Lalu, bagaimana
seorang murid dapat menerima begitu banyak pelajaran? Kami memang memiliki
energi yang lebih daripada seorang guru. Tapi, kami juga memiliki batas.
Aku
harap guru sekarang tidak memaksakan dan menekan muridnya dengan tugas yang
banyak. Semua manusia memiliki kemampuan masing-masing. Dan semua manusia
memiliki batasannya sendiri. Jadikan sekolah tempat belajar yang menyenangkan
sehingga ke sekolah bukanlah sebuah kewajiban, tetapi sebuah hak.
Dan,
untuk guru di seluruh Indonesia, Think Again.
Artikel kali ini memang bisa dibilang menyakitkan. Untuk berbagai kekurangan aku ucapkan permintaan maaf yang tulus. Karena artikel ini aku tulis untuk memajukan proses belajar-mengajar di Indonesia.
Sekian artikel kali ini.
Terima Kasih. ^-^