Bully




Pada zaman sekarang, ada 4 orang sahabat bernama Alex, James, Doni, dan Marko. Mereka duduk di kelas 2 SMA. Meskipun mereka murid yang tergolong gaul, tapi mereka bukanlah murid yang nakal. Mereka selalu saling menolong saat pelajaran. Pokoknya, mereka sudah seperti saudara.
Suatu saat, Marko datang dengan wajah lesu dan serba acak acakan. “woy, kenapa lo? Lesu amat hari ini? Gak ngerjain PR ya…” Kata Alex menyapa. “Ah, gakpapa. Gua kayaknya kurang tidur deh, jadi ngantuk banget. BTW, Hari ini gaada PR woy!” Seru Marko sambil mendorong pundak Alex dengan pelan. “Haha… Iya, gua kan bercanda doang bro. Sini gua bawain tas lo. Kasian gua liat lo” Kata Alex sambil mengambil tas Marko dan lari.
Seharian itu, Marko terlihat sangat lesu dan tanpa semangat. “Lo napa mark? Gaada semangat banget hari ini.” Kata Doni menghampiri Marko saat pulang sekolah. “Ah, kagak Don. Gua gapapa. Biasa lah, duit. Tanggal tua.” “Lo mau ikut gua gak? Biar lo gak bad mood mulu.” Kata Doni sambil merangkul Marko. “Kemana?” Marko penasaran. “Ikut aja.” Doni meyakinkan.
Lalu akhirnya Marko ikut dengan Doni. “Kita ngapain ke pinggir jalan gini don?” Marko makin bingung. “Lo disini aja diem. Liat gua” Lalu Doni pergi, dia berdiri di tengah jalan. Beberapa menit kemudian, ada 3 anak SMP sedang berjalan.
Lalu, Doni menghampiri mereka. Ntah dia berbicara apa, lalu ketiga anak itu menyerahkan sejumlah uang pada Doni. Marko langsung kaget dan menghampiri Doni. “Woy! Apa apaan lo?!” Kata Marko marah. “Santai bro, santai. Ini kan buat lo juga.” Kata Doni menyerahkan uang itu. “Tapi ini mah namanya malak! Gila lo.” Kata Marko menolak uang itu.
“Kagak, gua minta baik baik ke mereka, kok. Ya kan dek?” Kata Doni sambil tersenyum pada ketiga anak SMP itu. Mereka hanya mengangguk lalu pergi. “Gila lo don! Balikin sanah!” Marko membentak. “Ini kan buat lo! Lo kan butuh uang. Ya gua kasih solusi. Nih!” Kata Doni sambil memberikan paksa uang itu ke Marko.
“Emang gak banyak, namanya juga anak SMP.” Kata Doni sambil berjalan pergi. Marko lalu memandangi uang itu. Dia tidak tega dengan anak SMP itu, tapi dia juga membutuhkan uang itu. Jadi, dia memilih untuk menyimpan uang itu.
Keesokan harinya… “Thanks ya bro. Tapi, uangnya masih kurang.” Kata Marko pada Doni. Doni langsung mengerti maksud kawannya itu. Pulang sekolah, mereka pergi menunggu anak SMP lagi di jalanan dekat SMP yang katanya muridnya kaya.
Kejadian itu terus menerus berulang sampai beberapa minggu. Lama-lama mereka berdua bosan dan uang yang mereka dapat juga hanya sedikit, jadi mereka mulai meminta uang dari adik kelas mereka. Tentu pada awalnya banyak yang menolak. Tapi, lama kelamaan Marko dan Doni makin liar. Mereka makin berani mengancam atau bahkan memukul adik kelas mereka.
Pada suatu siang, Alex dan James sedang jalan bersama. “Kenapa si Doni sama Marko udah jarang sama kita ya ?” tanya Alex penasaran. “Iya nih. Pulang sekolah mereka langsung ngilang gitu aja…” Kata James juga. “eh, James! Gua lupa. Gua kan disuruh ngambil alat peraga di lab IPA. Temenin gua dong.” Kata Alex sambil menarik tangan James. “ah… Iya deh iya.” James mengikut.
Mereka berdua berlari ke lab IPA yang kelihatan sepi. Saat mereka membuka pintu… Mereka terkejut bukan main. Mereka melihat Doni dan Marko sedang dengan kejam memukuli dan menendang seorang adik kelas yang kelihatan masih snagat polos. Langsung saja Alex dan James berlari dan menghalangi Doni dan Marko memukuli mereka.
“Eh, kalo kalian emang temen kita minggir kalian berdua! Sekarang!” Kata Marko mengancam. “Gak! Gila lo! Ini adek kelas kita. Bisa-bisanya lo ngebully dia kayak gini!” Kata James melawan sambil menghalangi Marko yang mau memukul adik kelasnya lagi. “Gimana kalo lo gabung aja James? Lumayan kan kita bisa dapet uang jajan lebih.” Bujuk Doni.
“Gak! Sinting lo berdua! Kebangetan banget sama adek kelas. Lex! Panggil guru. Sekarang!!!” Kata James sambil mendorong Alex ke arah pintu. “Gak! Lo gimana James?” Kata Alex menolak. “Lo jangan cemen gitu! Cuma gua suruh panggil guru lo kayak gitu! Ga gakpapa! Sanah pergi!” Kata James mengusir.
Alex tak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia berlari secepat mungkin ke kantor guru. Dengan tergesa-gesa, Alex menjelaskan semuanya pada guru di kantor. 3 guru langsung berlari ke lab IPA untuk menghentikan hal yang tidak diinginkan terjadi.
Sesampainya di lab IPA, mereka hanya menemukan James dan si Adik kelas yang babak belur. Para guru langsung membawa mereka ke UKS dan pergi ke rumah Doni dan Marko. Tapi, mereka tidak ada di rumah. Para orangtua kedua anak itu tentu saja sangat terkejut. Setau mereka, anak mereka bersikap dengan baik dan normal di rumah.
Setelah 2 bulan, Marko dan Doni ditemukan pingsan di depan gerbang sekolah. Wajah mereka acak-acakan dan tidak karuan. Setelah diobati dan siuman, mereka menangis. Mereka bercerita kalau mereka lari dan kabur. Lalu, mereka berghabung ke sebuah geng. Tapi di geng itu, mereka tidak hanya membully. Mereka membunuh, bahkan wanita yang tidak bersalah.
Lama kelamaan mereka berdua tidak tahan. Lalu, mereka kabur. Tapi ketua geng itu berhasil menemukan mereka dan mengejar mereka. Mereka berlari dan berlari sampai ke sekolahan, tapi saat itu sudah malam dan tak ada satpam. Jadi mereka tertangkap dan lalu dipukuli habis-habisan. Mereka sangat menyesali perbuatan mereka. Mereka tidak mau lagi melakukan hal yang seperti itu karna mereka melihat, seorang Ibu yang menangis karna anaknya dibunuh di depan matanya, karena tidak bisa membayar hutang anaknya pada geng itu.

Jadi, buat kalian semua para penerus bangsa… SAY NO TO BULLYNG.
Masih ada waktu untuk berubah. Jangan sesali masa muda kalian nanti.
Buatlah masa muda kalian seru, ceria, dan punya makna.

0 komentar:

Posting Komentar