Permintaan Maaf Untuk Kawanku



Aku punya seorang teman, sebut saja dia Anna. Saat itu kami baru masuk SMP. Kami tidak bersekolah di SD yang sama, jadi kami belum saling mengenal. Saat MOPDB / MOS, kami ada di kelompok yang sama. Sepertinya dia anak yang biasa saja. Dia mau bicara, dan kurasa tak ada masalah dengannya.
Memang sih, dia agak pendiam, tapi kupikir dia takkan ada masalah karna kupikir umum kalau seseorang agakpendiam saat belum mengenal teman-temannya. Aku sih, berusaha santai saja dengannya. Kelihatannya dia anak yang baik.  Ah, aku hampir lupa memberitau kalau aku juga sekelas dengannya. Di kelas 7c.
Selain dengannya, aku juga sekelas dengan teman baikku di SD yang bernama Kanya. Langsung saja aku janjian dengan Kanya untuk duduk bersama. Di hari-hari terakhir MOS, Anna bertanya apakah aku bisa duduk dengannya. Aku menjawab kalau aku tidak bisa, karna aku sudah janjian dengan Kanya.
Saat aktifitas pembelajaran dimulai… barulah aku tau sifat Anna. Ntah apakah itu karna dia memang seperti itu, atau karna dia merasa minder. Anna sangat pendiam. Dia tidak mengobrol dengan teman-teman yang lain.
Kalau ditanya atau diajak bicara, dia sih menjawab. Tapi, suaranya sangat pelan sampai kadang yang mengajaknya bicara kesulitan mendengar jawabannya. Baru pertama kali aku bertemu dengan seseorang yang memiliki sifat seperti ini. Ingin aku menolong. Tapi… bagaimana?
Terkadang dia kusapa dan kuajak bicara. Tapi, ntahlah, mungkin aku terlalu hyper-active atau apa. Dia masih saja menjawab dengan suara sangat pelan. Lama-lama anak laki-laki jadi berani mengusilinya. Itulah kesalahannya. Dia tidak mau bergaul sehingga orang sulit untuk membelanya.
Aku tak tau banyak tentang yang dilakukan anak laki-laki pada Anna. Karna aku juga jarang bersamanya. Ah, bagimana cara menolongnya? Aku bingung. Berbagai cara sudah kucoba. Bicara dengan nada ceria, bicara biasa saja, bertanya kenapa dia sangat diam, dan banyak.
Kucoba dan ntah kenapa dia masih tetap tidak berubah. Kalau begitu terus, anak laki-laki kan akan jadi semakin nakal padanya. Ah, ntahlah. Bicara dengannya sangat sulit. Kalau dia tidak mau diajak bicara, lalu bagaimana lagi?
Satu-satunya yang kubisa ya bicara dengan anak laki-laki agar tidak mengganggunya. Tapi, aku bisa apa? Kalau Anna tidak mau bicara dan melawan, mereka takkan menyerah mengganggunya. Aku pernah berkata “kalau kamu gak mau ngomong, nanti mereka akan lebih nakalin kamu.”
Aku ingin dia punya kemauan untuk berhenti pasrah pada nasib. Aku ingin dia berhenti diam dibawah tawa mereka yang menghinanya. Aku ingin dia bangkit dari tempat dia terlalu lama terkubur. Aku ingin melihat Anna dengan semangat dan senyuman. Ya, Anna tak pernah tersenyum.
1 tahun berlalu, semua sia-sia. Dia tak berubah dan masih terdiam dalam kepasrahan. Membiarkan waktu semakin menggerogotinya dan membuatnya semakin tak berdaya. Mungkin orangtuanya mengatakan hal yang sama yang dikatakan orangtuaku padaku.
Mereka berkata “kalau mereka ngusilin kamu, kamu diemin aja. Nanti kan juga lama-lama mereka capek ngusilin kamu.” Tapi itu SALAH! Mereka tidak berhenti. Kediaman dan kepasrahan membuat mereka semakin berani bersikap usil, dan makin menghinamu.
Mungkin mereka akan berfikir “dia takkan bisa apa-apa. Karna itu aku akan mengusilinya. Dia tak berdaya.” Anna, apa kau tidak sadar kalau mereka menertawaimu? Mereka senang kalau kau terus terdiam dan terus menjadi lemah. Kapan kau akan menyadarinya?
Aku tau bukan salah Anna dia seperti itu. Aku tau kalau mungkin dia minder atau apalah. Dan aku tau kalau sikap anak laki-laki membuatnya lebih terpuruk. Tapi mau sampai kapan dia seperti itu? Mau berapa lama dia mengandalkan punggung seseorang untuk berlindung?
Di kelas 8, aku tak sekelas dengannya. Tapi, tiap pagi kalau sempat, aku menyapanya. Dan ya… tak ada jawaban sama sekali. Dia hanya melihatku dan terdiam. Padahal, aku sudah tersenyum lebar padanya dan berkata “Anna, Selamat Pagi” dengan ceria.
Apa keceriaanku tak dapat membuat harinya jadi lebih indah juga? Dengan waktu bertemu yang terbatas, aku tak bisa melakukan banyak. Dan, lama-kelamaan teman-teman di kelas Anna yang awalnya sudah berusaha membantunya agar bangkit jadi putus asa dan menyerah. Mereka beranggapan kalau Anna takkan bisa berubah. Kesendirian dan kebisuan telah mengurungnya sehingga dia tak dapat keluar.
Apa dia jadi seperti itu karna aku menolak duduk dengannya? Apa itu kesalahanku? Aku memikirkannya saat aku melihatnya. Apa semua karna aku? Disaat bersamaan aku merasa marah dan bersalah.
Marah karena dia sangat menyebalkan. Sudah banyak teman berusaha merubahnya. Tapi kenapa… kenapa dia begitu TIDAK INGIN BERUBAH? Kenapa dia terus menerus menolak semua bantuan yang diberikan secara tulus untuknya?
Mungkin aku agak tega, tapi aku seperti melihatnya akan jatuh ke jurang dan hanya berpegangan pada sebatang pohon yang menahannya dan pohon itu akan segera jatuh juga. Banyak orang mengulurkan tangan untuknya. Banyak tali terulur untuk menariknya. Dan dibawah, banyak buaya yang berusaha menariknya agar terjatuh.
Kenapa? Kenapa Anna tak mau mengambil tali itu? Tali itu ada tepat di sebelahnya, tepat di atasnya, tepat di depan wajahnya, dan bahkan sangat dekat dengan tangannya. Dia hanya perlu meraihnya. Kenapa??? Lama kelamaanpun, tali tali itu mulai ditarik kembali. Mereka merasa usaha mereka sia-sia. Dan bahkan mungkin ada yang marah karna Anna menyia-nyiakan bantuan mereka.
Kudengar, kalau dirumah dia ceria dan bahkan bisa berteriak. Itu artinya, selama ini dia memakai topeng ke sekolah? Menyembunyikan dirinya sediri. Tapi, sampai kapan? Mau berapa lama dia memakai topeng itu? Apa dia tak lelah? Kenapa dia memakai topeng itu?
Kalau aku berteman, aku menerimanya seperti apa dia. Dia kawanku, kalau dia baik padaku, aku akan baik padanya. Dia ramah padaku, aku ramah padanya. Tapi… Anna… Aku sudah ramah, aku sudah baik, dan bahkan aku sudah marah padanya. Aku marah pada Anna.
Tearkhir aku bilang “Kalau kamu tidak mau ditolong, aku menyerah. Terserah kamu. Aku udah berusaha menolong kamu tapi kamu tetep aja kayak gini.” Saat itu aku marah, karena kasih. Aku ingin sekali dia berubah… Aku sangat ingin dia bangkit dari kesendirian dan keterpurukan. Aku ingin dia berubah jadi lebih baik.
Sudah kutunjukkan berbagai kasihku padanya, tapi kenapa dia tidak mengerti. Aku bukan tidak peduli. Aku bukannya meninggalkannya. Aku hanya bersembunyi. Aku ingin dia mencari. Aku ingin dia bisa berdiri dengan kakinya sendiri.
Aku memang putus asa, aku akui itu. Tapi bukan berarti aku berhenti mengasihi kawanku Anna. Aku hanya ingin melihat. Karna aku bukanlah satu-satunya bintang di langit. Aku ada, aku hanya meredupkan sinarku, agar Anna dapat melihat bintang lainnya dengan lebih jelas.
Dan Anna kawanku… Jika ntah kapan kau membaca ini, aku ingin minta maaf untuk kesalahanku dalam menghadapimu, Dan aku minta maaf karna aku mungkin terlalu cepat menyerah. Dan, aku bahkan gagal menjadi seorang teman bagimu. Aku menyesal kalau aku menyerah terlalu cepat. Tapi, aku sudah merasa cukup. Sudah saatnya bintang lain menyinari malammu. Maafkan aku jika aku tak cukup terang untukmu.
Tolong, kau jangan jatuh. 

Semua nama tokoh sudah diganti. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam pengetikan atau kata-kata yang kurang berkenan.
Itu aja kali ini. Terimakasih  telah membaca.




0 komentar:

Posting Komentar