Ulangan Harian

Persahabatan
Hay...
Kalian tau apa itu persahabatan? Apa Persahabatan dan Pertemanan itu sama? Bagaimana kita tau siapa sahabat kita? Bagaimana kita bisa menjadi sahabat yang baik? Apa persahabatan hanya terdiri dari 2 orang saja?
Banyak sekali pertanyaan mengenai persahabatan yang tidak kita ketahui. Padahal, sebenarnya persahabatan itu sangat sederhana. Tanpa peraturan.
Nah, untuk menjelaskan arti sahabat, aku gak akan menjelaskan dari kata-kata karena akan sangat panjang. Maka dari itu, sangat mudah. Aku hanya akan menunjukkan dua buah gambar. Kedua gambar ini akan menjelaskan apa itu sahabat sebenarnya.


Nah, Jelas bukan apa itu persahabatan. Belum jelas? Oke, aku jelaskan.
Persahabatan itu seperti OK (Oozma Kappa) dalam film Monsters University. Meski awalnya bermusuhan, pada akhirnya mereka bekerja sama dan berjuang bersama. Mereka tidak memandang ukuran, wujud, dan kemampuan. Mereka tetap bekerja sama dan saling mendukung.
Nah, bagaimana kita menjadi sahabat yang baik? Tidak sulit. Kita hanya perlu menghargai orang lain. Kita tidak perlu memberi sahabat kita banyak hadiah. Kita hanya perlu ada di sisi sahabat kita saat mereka membutuhkan kita. Berikan mereka kekuatan dan semangat saat terjatuh. Dan, ikut berbahagia saat mereka bahagia. Mudah.
Oke, sekian artikel kali ini. Semoga dapat membantu kalian menjadi sahabat yang baik.

eh, belum selesai. Aku ada bonus nih buat kalian. Yang juga menunjukkan persahabatan yang beragam.
Ini video flashmob saat aku di Italy.
Bisa juga kalian tonton di link ini https://www.youtube.com/watch?v=E3xqJOTh1_E atau klik disini
Terima kasih. ^-^

Nasihat Paus Fransiskus Untuk Orang Muda



Hey,
Ini adalah terjemahan dari artikelku sebelumnya. Aku mau berbagi sedikit pengalamanku saat aku ada di Italy.
Pada tanggal 4-10 Agustus 2015, Aku mengikuti acara 1 Abad EYM di Italy. Aku bertemu dengan banyak teman baru dan aku juga mendapat beberapa pengalaman yang tak terlupakan bersama mereka. Salah satunya adalah saat aku bertemu dengan Paus Fransiskus. Yap, Aku bertemu dengan Paus Fransiskus pada tanggal 7 Agustus 2015. Aku tidak bisa memeluk atau menyentuh Paus. Tapi, aku harap suatu saat nanti aku dapat memeluk, mengobrol, dan bahkan mendapat berkat darinya. Pasti hal itu akan menakjubkan banget.
Kembali ke topic awal. Aku melihat Paus dari kejauhan. Tapi tetap saja, rasanya menakjubkan karena aku dapat melihatnya. Bukan dari TV. Tapi dengan kedua mataku. Dan, aku menangis. Aku tidak bisa berhenti menangis karena bagiku hal itu adalah pengalaman yang sangat menakjubkan. Dia adalah Paus! Aku tidak bisa bilang apa-apa. Yang aku lakukan hanya menangis dan menangis.
Disamping itu, ada beberapa orang muda yang sangat beruntung yang bisa bertanya pada Paus Fransiskus dan mereka bisa bersalaman, dan bahkan memeluk Paus. Sebenarnya, aku cemburu. Tapi tetap saja, aku ikut senang untuk mereka.
Aku sudah mendapatkan teks inggris tentang apa yang dikatakan Paus Fransikus pada mereka. Dan aku ingin membaginya pada kalian. Agar kalian dapat merasakan nasehatnya yang menakjubkan.
Nah, inilah dia. Nasehat Paus Fransiskus untuk kita sebagai genrasi muda.
Ada dua kata di awal pertanyaan, yang mengena padaku, dan kata-kata itu adalah kata-kata yang satu hidup dalam kehidupan sehari-hari, kedua hidup dalam kehidupan sosial dan keluarga. Kata-katanya adalah “ketegangan” dan “konflik”. Magat Diop berbicara tentang “ketegangan” dalam hubungan berkeluarga, dan Gregorius Hanzel bicara tentang “konflik”. Konflik. Mari kita pikir, apa jadninya sebuah kehidupan sosial, hubungan berkeluarga, dan pertemanan tanpa ketegangan dan konflik? Apa kau tau akan seperti apa jadinya hal itu? Sebuah kuburan. Karena hanya dalam benda mati tidak ada ketegangan dan tidak ada konflik. Saat ada hidup, disana ada ketegangan dan disana ada konflik. Kerna hal ini maka dibutuhkan untuk mengembangkan konsep ini dan mencari ketegangan sesungguhnya dalam kehidupanku, bagaimana mereka muncul, karena keteganganlah yang mengatakan Aku hidup; dan seperti apa konflik itu. Hanya di Surga mereka tak ada! Kita semua akan bersatu dalam damai dengan Yesus Kristus. Dan setiap orang harus mengenali ketegangan dalam hidup mereka. Ketegangan membuat seorang berkembang, hal itu membangun keberanian. Orang muda harus memiliki sifat berani ini. Orang muda tanpa keberanian adalah orang muda yang “layu” dan adalah orang muda yang tua. Terkadang aku berfikir untuk mengatakan kepada orang muda: “Tolong, jangan pensiun!”. Karena mereka orang muda yang pensiun pada usia 20. Semuanya terjamin dalah hidup, semuanya tenang tak ada “ketegangan”.
Sudah jelas bahwa tidak ada ketegangan dalam keluarga. Bagaimana cara menyelesaikan ketegangan? Dengan dialog. Saat ada perbincangan dalam keluarga, saat ada ruang untuk membicarakan isi pikiran setiap orang, ketegangan dapat diselesaikan dengan snagat baik.
Bermimpilah, bermimpilah… Kau tidak seharusnya takut dengan ketegangan. Tapi kau juga harus berhati-hati, karena kalau kau menykai ketegangan demi ketegangan, hal ini akan meruguikanmu dan kau akan menjadi orang muda yang suka menentang dan negatif, seeseorang yang suka membuat ketegangan. Tidak, bukan seperti ini. Ketegangan dapat membantu kita melangkah menuju keharmonisan, tapi sebuah ketegangan membuat keharmonisan yang memimpin kita menuju keharmonisan lain yang lebih harmonis dari sebelumnya.
Untuk menjelaskannya dengan lebih baik; pertama, jangan takut pada ketegangan, karena mereka membuat kita berkembang; kedua, selesaikan ketegangan melalui dialog, karena dialog menyatukan, entah dalam keluarga, atau dalam pertemanan, dan jalan akan untuk dijalani bersama, tanpa kehilangan identitas masing-masing; ketiga, jangan terlalu terikat pada ketegangan karena hal itu akan merugikanmu. Apakah seudah jelas? Ketegangan membuat kita berkembang, ketegangan diselesaikan melalui dialog, dan berhati-hatilah agar tidak terlalu terikat pada ketegangan, karena pada akhirnya hal itu menghancurkan. Aku sudah mengatakan kalau orang muda yang hanya hidup dalam ketegangan adalah orang muda yang sakit. Hal ini harus diperjelas.
Gregorius bicara tentang konflik: konflikdalam kehidupan sosial seperti di Indonesia, dimana masing-masing orang memiliki keragaman budaya. Konflik Sosal. Konflik juga bisa menjadi hal yang baik bagi kita, konflik membuat kita mengerti perbedaan, dan membuat kita mengerti kalau kita tidak menemukan jalan untuk menyelesaikan konflik ini, akan terjadi situasi perang. Konflik, agar ditangani dengan benar, harus ditujukan kepada kesatuan, dan dalam kehidupan sosial seperti milikmu (berbalik kepada orang muda yang menanyakan pertanyaan), yang terbuat dari budaya yang sangat banyak, harus mencari kesatuan tapi dengan menghargai identitas setiap orang. Konflik diselesaikan dengan menghargai identitas setiap orang. Saat kita melihat TV atau membaca koran, kita melihat konflik yang gagal diselesaikan, dan hasilnya adalah perang: satu budaya tidak menghormati yang lain. Mari kita pikir tentang saudara-saudara Rohingya kita: mereka diusir dari satu negara dan yang lain dan yang lain, dan dibawa ke lautan…. Saat mereka sampai di pelabuhan, mereka diberi air atau sesuatu untuk dimakan dan diusir ke lautan. Ini adalah konflik yang tidak dapat diselesaikan, dan ini adalah perang, hal ini disebut kekerasan, hal itu adalah pembunuhan. Itu benar: kalau aku berselisih denganmu dan aku membunuhmu, konfliknya berakhir. Tapi bukan seperti itu acaranya. Kalau banyak identitas – budaya, agama – tinggal bersama dalam satu negara, akan ada konflik. Hanya dengan saling menghargai konflik akan selesai. Ketegangan – dalam keluarga, pertemanan – aku berkata kalau dialog diperlukan untuk menyelesaikannya; konflik sosial yang sebenarnya, budaya juga, diselesaikan melalui dialog, tapi pertama dengan saling menghormati identitas setiap orang. Di Timur Tengah juga, kita melihat ada banyak orang yang tidak dihargai: tidak hanya dari identitas agama, sebagai contoh, yang dihasilkan dari kurangnya menghargai identitas orang lain. “ Tapi yang ini bukan Katholik, dia tidak percaya pada Yesus Kristus…” – “Hargai dia. Lihatlah kebaikannya. Lihat kedalam agamanya, dalam budayanya, betapa bernilainya dia. Menghargai.” Inilah bagaimana konflik diselesaikan dengan menghargai satu sama lain. Ketegangan – konflik termasuk ketegangan – dapat diselesaikan melalui dialog. Inilah bagaimana aku menanggapi pertanyaanmu, mengenai Indonesia.
Pelé Fan (Gadis Brazil) menanyakan pertanyaan ini: apa hal yang menjadi tantangan terbesar atau kesulitan yang telah dialami Paus Fransiskus dalam misi religiusnya? Aku akan berkata: selalu mencari kedamaian dalam Tuhan, kedamaian yang Yesus sendiri berikan padamu. Dalam bekerja, tugas, tentangannya adalah untuk menemukan damai yang berarti bahwa Tuhan menemanimu, bahwa Tuhan itu dekat. Dan ada juga tantangan lain: untuk mengetahui bagaimana membedakan damai oleh Yesus dari kedamaian lain yang tidak berasal dari Yesus. Apa kau mengerti? Ini adalah sesuatu yang harus kau pelajari dengan baik, dan minta pada Tuhan rahmat untuk tau bagaimana caranya membedakan damai sesungguhnya dan damai yang salah. Untuk membedakan. Ini adalah tantangan. Dan damai yang sesungguhnya selalu datang dari Yesus. Terkadang itu datang “terbungkus” dalam salib. Tapi Yesus yang memberikanmu damai dalam cobaan itu. Itu tidak selalu datang dalam bentuk salib, tapi damai sesungguhnya selalu datang dari Yesus. Malah, kedamaian jenis lain, jenis kedamaian yang palsu, kedamaian yang membuatmu bahagia, hal itu mengisimu sedikit tapi itu palsu, datang dari musuh, dari setan, dan hal itu membuatmu bahagia: “Aku senang, aku tidak khawatir dengan ini, aku ada dalam damai...”. Tapi di dalam, hal itu mengandung penipuan! Disini, dibutuhkan untuk meminta rahmat-Nya, untuk tau bagaimana caranya membedakan, untuk tau bagaimana caranya mengenali yang mana damai dari yesus dan yang mana damai yang datang dari musuh, yang menghancurkanmu. Musuh selalu menghancurkan: dia membuatmu percaya kalau caranya seperti ini lalu, pada akhirnya, dia meninggalkanmu sendirian. Karena ingat ini: Setan adalah pendoa yang miskin, dia tidak pernah membayar dengan benar! Dia selalu curang, dia adalah penipu! Dia menunjukkan padamu hal-hal sudah indah, dan kau percaya hal itu baik, kau percaya kalau hal itu akan memberimu damai; kau pergi ke sana dan pada akhirnya kau tidak mendapatkan kebahagiaan. Selalu mencari kedamaian yang berasal dari Yesus: ini adalah tantangan, sebuah tantangan yang aku hadapi, kita semua hadapi. Apa tanda dari kedamaian yang berasal dari Yesus? Bagaimana aku mengetahui kalau damai ini diberikan oleh Yesus? Tandanya adalah suka cita, suka cita yang mendalam. Setan tidak pernah memberimu suka cita. Dia memberimu sedikit hiburan sebuah “pantonim”, membuatmu senang sebentar, tapi dia tidak pernah memberikanmu suka cita itu. Suka cita yang bisa diberikan Yesus sendiri, dengan memberikanmu Roh Kudus. Tantangannya untuk kita semua – aku juga – adalah selalu mencari damai dalam Yesus; bahkan saat masa-masa kelam, tapi damai dalam Yesus. Dan untuk membedakannya dari kedamaian yang salah, yang pada akhirnya adalah kebohongan: hal itu berakhir dengan buruk dan tidak memberikan balasan yang pantas. Yesus adalah pendoa yang baik, dia membayar dengan benar: dia membayar dengan sangat baik dan benar!
Pin-Ju Lu bertanya padaku apahak aku melihat tanda-tanda kegembiraan yang nyata dalam gereja, pada abat ke-21. Tanda-tandanya ada disana: ini! (menunjuk pada orang muda di aula). Ini adalah tanda harapan, melihat orang muda seperti kalian yang percaya pada Yesus dalam Ekaristi, percaya kalau cinta lebih kuat dari kebencian, perdamaian itu lebih kuat dari peperangan, menghargai itu lebih kuat dari konflik, keharmonisan itu lebih kuat daripada ketegangan…. Ini adalah harapan, hal ini memberiku kegembiraan! Hal ini memmberi harapan, karena pertanyaan Pin-Ju Lu adalah : “Hal apa yang telah menjadi kegembiraan terbesarmu sejak kau menjadi seorang Paus?”, dan lalu tanda dari harapan atau tanda-tanda positif dikorbankan dimana ada sangat banyak peperangan di dunia ini. Kita ada dalam peperangan. Aku mengulanginya sangat sering kalau ini adalah perang dunia ketiga, sedikit demi sedikit. Kita semua dalam peperangan. Dan hal ini buruk. Tapi ada tanda-tanda harapan dan ada tanda-tanda kegembiraan.
Aku akan kembali kepada ungkapan Magat Diop, di awal, pada ungkapan dimana aku mengambil kata “ketegangan”: keluarga. “ketegangan dan kesulitan yang sangat kuat diantara dua generasi”. Aku ingin bertanya: siapakah yang merupakan dua generasi? Beritau aku: yang mana mereka? Aku bertanya karena aku melihat kalian semua diam. Kedua orangtua dan anak? Apa mereka merupakan dua generasi? Ya, ketegangandiantara Ibu dan Ayah dan Aku: faktanya aku ingin sesuatu karena aku pikir hidup itu seperti ini, dan mereka berfikir dengan cara yang berbeda…. Tapi masih ada generasi yang lain. Kenapa kalian belum bicara mengenai kakek dan nenek? Disini, aku akan mengatakan satu hal – tapi ini bukan untuk menegurmu – kakek dan nenek sangat mudah dilupakan pada masa ini. Sekarang sedikit berkurang, disini di Italy, karena setelah mereka tidak bekerja dan mereka mendapat uang pensiun, kau lihat, kakek dan nenek diingat! Tapi kakek dan nenek sangat mudah dilupakan. Kakek dan nenek adalah ingatan keluarga, ingatan sebuah negaram, ingatan keyakinan, karena itulah yang mereka berikan kepada kita. Kakek dan Nenek. Aku bertanya: Apa kau bicara dengan kakek dan nenekmu? (Mereka menjawab: “Ya!”) Apa kau bertanya pada kakek dan nenekmu: “Kakek, Nenek, seperti apa hal ini? Bagaimana kau melakukan hal ini? Apa yang biasanya kau lakukan?”. Tanya mereka, tanya mereka! Karena kakek dan nenek itu bijaksana, karena mereka memiliki ingatan kehidupan, ingatan keyakinan, ingatan ketegangan, mereka mengingat konflik…. Dan kakek dan nenek itu baik! Aku benar-benar suka bicara dengan kakek dan nenek. Aku akan menceritakan cerita jenaka. Pada hari yang lain, di alun-alun , saat pertemuan hari Rabu, aku berkeliling dengan popemobile (Mobil Paus), dan disana aku melihat seorang nenek yang sudah berumur: kau bisa melihat kalau dia sudah berumur! Tapi matanya memancarkan kegembiraan. Aku meminta mereka untuk menghentikan mobil dan aku turun, dan aku pergi menyapanya. Dan dia tersenyum. “Beritahu aku, nek: berapa usiamu?” --- “92” --- “Ah, kerja bagus, bagus! Penuh kegembiraan! Tapi katakan padaku resep untuk meraih usia 92 seperti ini”. Dan dia berkata padaku “Kau tau, Aku makan Ravioli!”. Dan lalu dia menambahkan: “Dan aku membuatnya sendiri!”. Ini adalah cerita jenaka untuk mengatakan padamu kalau menemui kakek dan nenek selalu merupakan kejutan. Kakek dan nenek selalu mengejutkan kita: mereka tau bagaimana caranya mendengarkan kita, mereka sangat membantu dalam menyelesaikan ketegangan biasa dalam keluarga. Jangan lupakan kakek dan nenekmu. Mengerti?
Louise: Dalam pengarajaran Yesus mengatakan: “Kau adalah temanku kalau kau melakukan perintahku”. Tapi dalam hubungan pertemanan ini apa kita juga harus mengharapkan perwujudan kehadirannya sebagai balasan?
Pertemanan selalu membutuhkan dua hal: Aku adalah temanmu dan kau adalah temanku. Yesus selalu menunjukkan dirinya sendiri --- Aku sudah bicara mengenai ini ---- dalam damainya. Kalau kau mencapai Yesus dia memberimu damai, dia memberimu kegembiraan. Saat kau bertemu Yesus, dalam doa, dalam kerja yang bagus, dalam pekerjaan saling menolong --- ada banyak jalan untuk menemukan Yesus --- kau akan merasakan damai dan juga kegembiraan. Ini adalah perwujudan, Louise. Itu seperti ini. Yesus mewujudkan dirinya dalam balasan ini. Tapi kau harus mencarinya dalam doa, dan dalam ekaristi, dalam kehidupan sehari-hari dalam tanggung jawab dengan tugas-tugasmu dan bahkan dalam orang yang sangat membutuhkan dan membantu mereka: Yesus ada disana!  Dia akan membiarkanmu merasakannya. Terkadang kau akan merasa kalau hal yang kau temukan hanya pada saat kau bertemu denga Yesus: takjub. Takjub saat bertemu Yesus. Bertemu Yesus: jangan lupa kata-kata ini, tolong. Bertemu Yesus!
Mari kita pikirkan hari itu (Yoh 1 : 35-42): Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: :Lihatlah Anak domba Allah!” Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), dimanakah engkau tinggal?” Ia berkata kepada mereka: “ Marilah dan kamu akan melihatnya.” Merekapun datang dan melihat dimana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).” Ia membawanya kepada Yesus. Hal itu seperti ini. Perjumpaan dengan Yesus memberimu ketakjuban. Itu adalah perwujudannya. Lalu hal itu brelalu, tapi hal itu meninggalkan kedamaian dan kegembiraan padamu. Jangan pernah lupakan ini: ketakjuban, damai, kegembiraan. Yesus ada didalamnya. Ini adalah balasannya.
Sekarang “Maradona” (Orang muda Argentina). Paus Fransiskus, apa yang akan kau katakan pada orang muda agar mereka dapat menemukan sifat mendalam dari Ekaristi?
Hal itu selalu membantu utnuk memikirkan Perjamuan Malam Terakhir. Kata-kata yang dikatakan yesus saat dia memberikan roti dan anggur, tubuhnya dan darahnya: “Lakukanlah ini untuk mengenang Aku”. Ingatan akan Yesus hadir disana; ingatan akan Yesus yang, dalam setiap Misa, ada disana, dan menyelamatkan kita! Ingatan sikap Yesus, yang kemudian pergi ke Taman Zaitun untuk memulai keinginan besarnya. Ingatan cinta sangat hebat sehingga dia memberikan hidupnya untukku! Masing-masing dari kalian bisa mengatakan hal ini.
Rahmat ingatan, yang mana aku bicarakan saat aku bicara tentang kakek dan nenek. Rahmat ingatan: Ingatan akan apa yang telah Yesus lakukan. Itu ukan hanya ritual, itu bukan upacara. Ada upacara yang indah, upacara militer, kebudayaan… tidak, tidak. Itu sesuatu yang lain: hal itu pergi ke sana, ke Calvary (Golgota), dimana Yesus memberikan nyawanya untukku. Masing-masing kalian harus mengatakan ini. Dengan ingatan ini, melihat Yesus, menerima tubuh dan darah Yesus, kau mendalami misteri Ekaristi. “Nah, Bapa, saat aku pergi ke Misa, aku merasa bosan…”. Karena itu bukanlah ritual. Kalau kau ingin mendalami misteri Ekaristi, ingatlah. Kata kerja ini indah, karena Paulus berkata pada murid kesukaannya --- Aku tidak mengingat apakah itu Titus atau Timothy, tapi untuk satu diantara keduanya, yang mana keduanya adalah uskup yang dia jadikan uskup. Ingatlah Yesus Kristus.
Ingatlah Yesus Kristus. Saat aku dalam Misa, disana, seperti dia memberikan hidupnya untukku. Inilah bagaimana mendalami misteri Ekaristi. Lalu, saat kau tidak pergi misa, tapi kau berdoa di depan Tabernakel, ingatlah kalau dia di sana, dan kalau dia memberikan nyawanya untukmu. Ingatan. Itu adalah amanat yang diberikan Yesus sendiri: “Lakukanlah ini untuk mengenang Aku”. Dengan kata lain setiap kali kau melakukan perayaan ini, ingatlah aku; setiap waktu kau berdoa di depan tabernakel, ingatlah ini. Dan jangan lupa yang dikatakan Santo Paulus kepada murid-muridnya, begitupun dengan uskup: Ingatlah Yesus Kristus.
Seperti ini mari kita tutup percakapan kita hari ini. Aku berterima kasih. Aku sudah memiliki pertanyaan ditulis, tapi aku belum membacanya. Apa yang kukatakan datang dari hati, seperti hal itu datang pada waktu itu.
Pikirkan kata-kata ini: ketegangan-dialog; konflik-menghargai-dialog; balasan perwujudan Yesus-pertemanan dengan Yesus: damai dan kegembiraan; bertemu dengan Yesus: ketakjuban, kegembiraan, damai; untuk mendalami Ekaristi: ingatan apa yang telah Yesus lakukan. Dan dengan demikian kau akan maju. Dunia memiliki banyak hal buruk, kita ada dalam perang; tapi ada juga banyak hal indah dan banyak hal baik, dan banyak santa tersembunyi diantara Orang Tuhan. Tuhan itu nyata. Tuhan itu Nyata dan ada sangat banyak, banyak alasan untuk berharap untuk maju. Breanilah dan maju!
Sebelum menanamkan berkat, mari kita minta Bunda Maria untuk menolong, karena saat anak mulai berjalan, mereka melihat tangan ibu mereka agar mereka tidak kehilangan jalan. Kita haruse pergi ke jalan hidup memegang tangan ibu kita. Mari kita berdoa untuk Bunda Maria, masing-masing kalian dengan bahasa kalian.
(Salam Maria dan Berkat)
Dan tolong, tolong, aku memintamu: jangan lupa untuk mendoakanku.
Tidakkah kau pikir dia menakjubkan?
Kalau Paus Fransiskus bisa membaca artikel ini, aku akan sangat senang dan merasa terhormat. Tapi, itu bukan masalah. Aku hanya ingin bilang padanya kalau dia sangat menginspirasiku dalam melanjutkan hidupku. Aku tidak bisa menjadi gadis yang sangat baik. Tapi aku sudah mencoba yang terbaik untuk jadi kuat, rendah hati, dan aku belajar untuk menghadapi ketegangan dengan bijak. Aku berharap agar Bapakku di Surga akan mengijinkanku bertemu dengannya secara langsung seuatu hari nanti. Dan aku percaya akan hal itu. Karena Dia bisa melakukan apapun, dan aku percaya pada-Nya.
Sekian. Terima kasih banyak sudah membaca artikel ini dan aku minta maaf jika bayak terjemahan yang salah atau ada kata-kata yang salah ketik. Aku sudah berusaha yang terbaik.
Terima kasih ^-^

Pope Francis's Advice for The Youth



Hey,
This is my first English article in my blog. And, I wanted to share a little experience of mine when I was in Italy.
In 4th-10th August 2015, I was joined the EYM Centenary in Italy. I’ve met so many new friends and I have some unforgettable memories with them. One of my unforgettable memories is when I met the Pope Francis. Yes, I met Pope Francis at 7th August 2015. I can’t hug him or touch him. But, I wish one day I could hug him, talk to him, and even get a blessing from him. That would be really awesome.
Back to the topic. I saw him from distance. But still, it feels amazing because I can see him. Not from television. But with my both eyes. And, I cried. I can’t stop crying because that was really an amazing experience for me. He’s The Pope! I can’t say anything. All I do was cry and cry.
Anyway, there are some very lucky youth who can ask a question to Pope Francis and they can shake hands, and even hug the Pope. Actually, I’m so jealous. But still, I’m also happy for them.
I already got the English text about what Pope Francis said to them. And I wanted to share that to you. So you can feel his amazing advice.
So, This is it. The Pope Francis’s Advices for us as a young generation.
There are two words, at the beginning of the questions, which struck me, and they are words that one lives in everyday life, both in society and in the family. The words are “tension” and “conflict”. Magat Diop spoke of “tension” in family relationships, and Gregorius Hanzel talked about “conflicts”. Conflict. Let us think, what would a society, a family, a group of friends be like without tension and conflict? Do you know what it would be? A cemetery. Because only in dead things are there no tensions and no conflicts. When there is life, there is tension and there is conflict. For this reason it is necessary to develop this concept and look for what the real tensions are in my life, how they arise, because it is tension that says I am alive; and what these conflicts are like. Only in Paradise will there be none! We will all be united in peace with Jesus Christ. And each one must identify the tension in his or her own life. Tension makes one grow, it develops courage. A young person must have this virtue of courage. A youth without courage, is a young person who is “watered down” and is an aged youth. Sometimes I have a mind to say to young people: “Please, do not retire!”. Because there are young people who retire at the age of 20. Everything is secure in life, everything is calm no “tension”.
It is clear that there is tension in the family. How does one resolve tension? With dialogue. When there is dialogue in a family, when there is the capacity to spontaneously speak one’s mind, tensions can be resolved very well.
Aim high, aim high.... You must not be afraid of tension. But you must also be careful, because if you like tension for the sake of tension, this will do you harm and you will be an argumentative, negative young person, someone who likes creating tension. No, not this way. Tension can help us take a step towards harmony, but a harmony which leads to another more harmonious type of tension.
To clarify this better: first, do not be afraid of tensions, because they make us grow; second, resolve tensions through dialogue, because dialogue unites, whether in the family or in a group of friends, and the path will be found to go on together, without losing one’s own identity; third, do not be too attached to tension because it will harm you. Is that clear? Tension makes us grow, tension is resolved through dialogue, and be careful not to be too attached to tension, because in the end it is destructive. I have said that a young person without tension is a “retired” young person, a “dead” young person; but that young person who only lives in tension is a sick young person. This has to be made clear.
Gregorius spoke of conflicts: conflict in a society such as in Indonesia, where one breathes a great internal diversity of cultures. Social conflict. Conflicts can also do us good, for they make us understand differences, and make us understand that if we do not find a way to resolve this conflict, there will be a situation of war. Conflict, in order to be addressed properly, must be directed toward unity, and in a society such as yours [turning to the youth who asked the question], which is made up of so many different cultures, must seek unity but with respect for each person’s identity. Conflict is resolved with respect for each person’s identity. When we watch tv or read the newspapers, we see conflicts that fail to be resolved, and result in war: one culture does not tolerate the other. Let us think about our Rohingya brothers and sisters: they were chased out of one country and another and another, and have taken to the sea.... When they reach a port or a beach, they are given some water or something to eat and pushed out to sea. This is an unresolved conflict, and this is war, this is called violence, it’s called killing. It is true: if I am in conflict with you and I kill you, the conflict is over. But this is not the way. If many identities — be they cultural, religious — live together in one country, there will be conflicts. Only with respect for the person’s identity will the conflict be resolved. Tensions — in the family, among friends — I said that dialogue is necessary to resolve them; true social conflicts, cultural too, are resolved through dialogue, but first with respect for the other person’s identity. In the Middle East too, we see that very many people are not respected: not only religious minorities, Christians, are not respected: they are often killed, persecuted. Why? Because their identity is not respected. In our history, there have always been conflicts over religious identity, for example, which resulted from lack of respect for the other person’s identity. “But this one is not Catholic, he doesn’t believe in Jesus Christ...” — “Respect him. Look for his good qualities. Look in his religion, in his culture, for the values that he has. Respect”. This is how conflicts are resolved with respect for the identity of others. Tensions — conflicts involve tension — can be resolved with dialogue. This is how I would respond to your question, regarding Indonesia.
The Pelé fan [a Brazilian girl] asked this question: what has been the greatest challenge or difficulty that Pope Francis has faced in his mission as a religious? I would say: always seeking peace in the Lord, that peace which Jesus alone can give you. At work, in tasks, the challenge is to find that peace which means that the Lord accompanies you, that the Lord is close. And there is also another challenge: to know how to distinguish the peace of Jesus from another kind of peace which is not of Jesus. Do you understand? This is something that you must learn well, and ask the Lord for the grace to know how to discern true peace from false peace. To discern. This is a challenge. And true peace always comes from Jesus. Sometimes it comes “wrapped” in a cross. But it is Jesus who gives you peace in that trial. It does not always come as a cross, but true peace always comes from Jesus. Instead, the other kind of peace, the superficial kind, that peace which makes you happy, it contents you a little but it is superficial, it comes from the enemy, from the devil, and it makes you happy: “I’m content, I’m not worried about this, I’m at peace...”. But inside, it contains deceit! Here it is necessary to ask for this grace, to know how to distinguish, to know how to recognize which is the peace of Jesus and which is the peace that comes from the enemy, which destroys you. The enemy always destroys: he makes you believe that this is the way and then, in the end, he leaves you on your own. Because remember this: the devil is a poor payer, he never pays well! He always cheats, he’s a swindler! He shows you things dressed up, and you believe that thing is good, that it will give you peace; you go there and in the end you don’t find happiness. To always seek the peace of Jesus: this is a challenge, a challenge which I have had, which I have and which all of you have. What is the sign of Jesus’ peace? How do I know that this peace is given by Jesus? The sign is joy, that profound joy. The devil never gives you joy. He gives you a little entertainment, a “pantomime”, makes you happy for a moment, but he never gives you that joy. That joy Jesus alone can give, by giving you the Holy Spirit. The challenge for all of us — mine too — is always to seek the peace of Jesus; even in dark times, but the peace of Jesus. And to know how to distinguish it from that other false kind of peace, which in the end is dishonest: it ends badly and does not reward you properly. Jesus is a good payer, he pays well: he pays very well!
Pin-Ju Lu asked me whether I see real signs of joy in the Church, in the world in this 21st century. The signs are there: this is one! [Pointing to the young people present in the Hall]. This is a sign of hope, seeing young people like you who believe that Jesus is in the Eucharist, who believe that love is stronger than hate, that peace is stronger than war, that respect is stronger than conflict, that harmony is stronger than tension.... This is hope, this gives me joy! This gives hope, because Pin-Ju Lu’s question was: “What has been the greatest moment of joy since you became Pope?”, and then the signs of hope or positive signs in this world where so many wars are being waged. We are at war: I repeat so often that this is the third world war, piecemeal. We are at war. And this is negative. But there are signs of hope and there are signs of joy.
I would like to go back to Magat Diop’s expression, at the beginning, to a phrase from which I took the word “tension”: the family. “Powerful tensions and struggles between two generations”. I would ask: which are the two generations? Tell me: which are they? I ask because I see that you are all silent. Those of the parents and children? Are these the two generations? Yes, tension between mom and dad and me: the fact that I want something because I think life is like this, and they think in a different way.... But there is another generation. Why haven’t you spoken of grandparents? Here, I will tell you one thing — but it is not to reprimand you — grandparents are the great forgotten ones of this time. Now a bit less, here in Italy, because since there is no work and they have a pension, you see, grandparents are remembered! But grandparents are the great forgotten ones. Grandparents are the memory of a family, the memory of a country, the memory of the faith, because it is they who give it to us. Grandparents. I ask you this question: Do you speak with your grandparents? [They answer: “Yes!”] Do you ask you grandparents: “Grandpa, grandma, what was this like? How do you do this? What did you used to do?”. Ask them, ask them! Because grandparents are a font of wisdom, because they have the memory of life, the memory of the faith, the memory of tensions, they remember conflicts.... And the grandparents are good! I really like talking with grandparents. I’ll tell you an anecdote. The other day, in the Square, during a Wednesday Audience, I was going round in the popemobile, and I saw an elderly grandma there: you could see she was elderly! But her eyes were shining with joy. I had them stop the popemobile and I got down, and I went to greet her. And she was smiling. “Tell me, grandma: how old are you?” — “92!” — “Ah, well done, good! Joyful! But tell me the recipe to reach 92 like this”. And she said to me: “You know, I eat ravioli!”. And then she added: “And I make them myself!”. This is an anecdote to tell you that meeting grandparents is always a surprise. Grandparents always surprise us: they know how to listen to us, they have great patience!... We are talking about three generations, at least three. Also when grandparents live at home, they help so much to resolve the usual tensions in a family. Do not forget your grandparents. Understood?
Louise: In the Gospel Jesus tells us: “You are my friends if you do as I command you”. But in this relationship of friendship must we also expect the manifestation of his presence in exchange?
Friendship always takes two: I am your friend and you are my friend. Jesus always manifests himself — I have talked about this — in his peace. If you approach Jesus he gives you peace, he gives you joy. When you meet Jesus, in prayer, in a good work, in a work of helping another — there are many ways to find Jesus — you will feel peace and also joy. This is the manifestation, Louise. It’s like this. Jesus manifests himself in this exchange. But you must seek him both in prayer, and in the Eucharist, in everyday life, in the responsibility of your tasks and even in going to seek the most needy and help them: Jesus is there! He will let you feel him. Sometimes you will feel what is only found in the encounter with Jesus: astonishment. Astonishment at meeting Jesus. Meet Jesus: do not forget this word, please. Meet Jesus!
Let us think of that day (cf. Jn 1:35-42): it is about ten o’clock in the morning, Jesus is passing by and John and Andrew are with John the Baptist; they are talking there, about many things. John the Baptist says: “It is he, that One, the Lamb of God. It is he”. And intrigued, they follow Jesus, seeking him. It is curiosity.... Jesus acts as if nothing has happened, and turns to them and says: “What do you seek?” — “Where are you staying?” — “Come”! (vv. 38-39). And they stayed — the Gospel says — with Jesus the whole day. But what happened later? Andrew went to his brother Simon: he was filled with joy, great joy; he was filled with astonishment at having met Jesus. And he said: “We have found the Messiah”! (v. 41). And John did the same with James. It’s like this. The encounter with Jesus gives you this astonishment. It is his presence. Then it passes, but it leaves you peace and joy. Never forget this: astonishment, peace, joy. Jesus is there. This is the exchange.
Now “Maradona” [an Argentine youth]. Pope Francis, what would you say to young people so that they might discover the profoundness of the Eucharist?
It always helps to think of the Last Supper. The words that Jesus said when he gave the bread and the wine, his Body and his Blood: “Do this in memory of me”. The memory of Jesus present there; the memory of Jesus who, in every Mass, is there, and saves us there! The memory of that gesture of Jesus, who afterwards went to the Garden of Olives to begin his Passion. The memory of a love so great that he gave his life for me! Each one of us can say this.
The grace of memory, of which I spoke when I was speaking about grandparents. The grace of memory: the memory of what Jesus did. It is not merely a ritual, it is not a ceremony. There are beautiful ceremonies, military ceremonies, cultural... no, no. It is something else: it is going there, to Calvary, where Jesus gave his life for me. Each one must say this. With this memory, seeing Jesus, receiving the Body and Blood of Jesus, you deepen the mystery of the Eucharist. “Well, Father, when I go to Mass, I get bored...”. Because it isn’t a ritual. If you want to deepen the mystery of the Eucharist, remember. This verb is beautiful, because Paul says it to one of his favorite disciples — I don’t remember whether to Titus or Timothy, but to one of the two, who were two bishops whom he had made bishops. Remember Jesus Christ (cf. 2 Tm 2:8). Remember Jesus Christ. When I am at Mass, there, as he is giving his life for me. This is how to deepen the Mystery. Then, when you do not go to Mass, but you go to pray before the Tabernacle, remember that He is there, and that he gave his life for you. Memory. It was the commandment that Jesus gave to his own: “Do this in memory of me”. In other words every time that you perform this celebration, remember me; each time that you go to pray before the Tabernacle, remember this. And do not forget what St Paul said to his disciples, bishops as well: Remember Jesus Christ.
Like this let us close our dialogue today. I thank you. I had the questions written down, but I had not read them. What I said came from the heart, as it came at that moment.
Think of these words: tension-dialogue; conflict-respect-dialogue; exchange of the presence of Jesus-friendship with Jesus: peace and joy; meeting with Jesus: astonishment, joy, peace; to deepen the Eucharist: the memory of what Jesus did. And thus you will go forward. The world has so many bad things, we are at war; but there are also many beautiful things and many good things, and many saints hidden among the People of God. God is present. God is present and there are so many, many reasons for hope to go forward. Have courage and go forward!
Before imparting the blessing, let us ask Our Lady for help, because when children begin to walk they look for their mother’s hand so as not to lose their way. We must go on the path of life holding our mother’s hand. Let us pray to Our Lady, each one in his own language.
[Hail Mary and blessing]
And please, please, I ask you: do not forget to pray for me.

Don’t you think he’s amazing?
If Pope Francis could read this article I would be really happy and honored. But, that’s not the matter. I just wanted to tell him that he’s so inspire me in continuing my life. I can’t be a very good girl. But I’ve tried my best to be strong, humble, and I learned to face every tension wisely. I wish that My Father in Heaven will allowed me to meet him in person one day. And I believe in that. Because He can do anything, and I believe in Him.
That’s all. Thank you so much for reading and I’m so sorry if there’s some wrong typing or bad grammar in this article. Thank You. ^-^

Kelsey's Lament Lyrics



Kelsey's Lament
by Vonabell sherman

I pull another ribbon through my hair and wipe away a tear
And I reminisce of all those joyous times that you were always near
And since you both passed away, I’ve made myself move on
My chains of sorrow broken as I made myself move on
And thanks for your concern, but I’m perfectly fine
My life is becoming mine
And in that moment I see, see you standing there
It is then I must say…
I want you to be free
‘cause when you’re trapped I feel it’s me
Your sadness burns me deep inside
So I won’t cage you to mu side
I want you to be free
‘cause when you’re trapped I feel it’s me
Your sadness burns me deep inside
Just be free and feel alive
I’m captivated by the spell of your delight and peaceful eyes
But why am I surrounded by the shadows of this place tonight?
We’re deep in this jungle now, I turn around I turn around
The shock of my fate coming as I made myself turn ‘round
And who… who are you? And where are you from?
Where has my tiger gone ?
He smiles with his white grin
I am him
It is then I must say…
I want you to be free
‘cause when you’re trapped I feel it’s me
Your sadness burns me deep inside
So I won’t cage you to my side
I want you to be free
‘cause when you’re trapped I feel it’s me
Your sadness burns me deep inside
Just be free and feel alive
When this was through, you went and stole my heart too
But I must let you get away and live your life without me
I can’t seem to go on without you in my arms
So badly I want you to stay
But my conscience still  screams me to say…
I want you to be free
‘cause when you’re trapped I feel it’s me
Your sadness burns me deep inside
So I won’t cage you to my side
‘cause when you’re trapped I feel it’s me
Your sadness burns me deep inside
Just be free and feel alive
Feel alive
I want you so badly
I missing you sadly
  And those cobalt eyes are all I see