Jaka Tarub



Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak bernama Jaka Tarub. Dia tinggal dengan kedua orang tuanya dan seorang adik perempuannya. Ibu Jaka, Sekar dulunya adalah gadis tercantik di desa. Banyak sekali laki-laki yang inginmenjadikannya istri.
Tapi, ibu Jaka lebih memilih ayah Jaka, Ranu. Padahal, ayah Jaka adalah orang yang bodoh dan ceroboh. Saat ditanya kedua orangtuanya kenapa dia lebih memilih Ranu daripada semua laki-laki yang lebih baik, Sekar menjawab “Cinta bukan hanya karna wajah, uang, atau kepintaran. Cinta itu perasaan yang tidak terjelaskan. Dan aku yakin, Ranu akan menjadi orang yang tepat untukku.”
Setelah mendengar perkataan Sekar, kedua orangtuanya tidak mengatakan apapun lagi. Mereka menyetujui pernikahan Sekar. Tapi, banyak laki-laki yang tidak setuju dengan keputusan kedua orangtua Sekar. Mereka membakar rumah Ranu dan Sekar.
Untuk menghindari kejadian itu terjadi lagi, Ranu dan Sekar pindah ke hutan. Tempatnya tidak terlalu jauh dari desa, tapi cukup untuk menghindari orang-orang yang membenci mereka.
Dua tahun setelah mereka menikah, Jaka lahir. Tidak seperti ayahnya, Jaka tumbuh menjadi anak yang pintar, tapi dia sangat nakal. Dia suka memanjat pohon di hutan, berenang di sungai, dan menghilang saat orangtuanya mencarinya.
Saat jaka berusia sekitar 5 tahun, adik perempuannya lahir. Namanya Arum. Tidak seperti kakaknya, Arum adalah gadis yang manis, sopan, dan lembut. Tapi sayang, kebodohan ayahnya menurun padanya. Dia sering lupa kalau dia sedang menanak nasi, terkadang bahkan dia tersesat di hutan karena lupa jalan pulang.
Tapi, setelah berusia 12 tahun, nampaklah kecantikan Arum yang tiada banding. Dia sangat mirip dengan Ibunya. Langsung saja, banyak laki-laki yang datang untuk melihat kecantikan Arum. Banyak diantara mereka yang berusaha mendekati Arum, tapi Jaka selalu melindungi adiknya itu.
Pada suatu siang, Arum dan Sekar sedang mencuci baju di sungai. Tiba-tiba Raja Khayangan datang. Rupanya, kecantikan Arum dan Sekar sudah terdengar sampai ke Khayangan. Raja ingin menjadikan Sekar istrinya, dan Arum anak angkatnya. Tapi, keduanya menolak.
Arum dan Sekar segera lari menuju rumah mereka sambil berteriak minta tolong. Sebelum mencapai rumah mereka, Raja Khayangan sudah menangkap mereka. Mereka lalu dibawa ke Khayangan. Ranu mengejar istri dan putrinya, tapi tidak bisa.
Dia bersedih selama berbulan-bulan. Lalu, pada pagi hari, dia pergi ke sungai. Dia berteriak marah kepada Raja Khayangan. Dia menghina dan memaki Raja dengan penuh benci. Rupanya, dia membuat Sang Raja marah.
Raja Khayangan mengirimkan petir yang sangat dahsyat. Petir itu menyambar tepat pada Ranu. Ranu langsung jatuh kedalam sungai. Jaka yang melihat di balik pepohonan langsung lari, berusaha mengejar ayahnya.
Tapi, ayahnya sudah tak bernyawa, dan arus deras yang dikirimkan Raja Khayangan membawa Ranu pergi dengan cepat. Jaka menangis di pinggir sungai yang deras itu. Meratapi bagaimana jadinya hidupnya tanpa kedua orangtuanya dan adiknya.
Beberapa tahun berlalu, usia Jaka kini 22 tahun. Dia sudah mulai terbiasa hidup sendiri. Setiap pagi dia pergi ke sungai untuk mengenang keluarganya. Pada malam hari, dia bermimpi. Raja Khayangan datang menemuinya.
Dia berkata “Jaka, besok datanglah ke sungai lebih awal. Aku akan mengirimkan 7 anak gadisku. Pilihlah 1 untuk menjadi teman hidupmu. Ambillah selendangnya, dan sembunyikanlah. Tanpa selendang itu, dia takkan pulang. Jangan serakah, pilihlah satu. Anggaplah sebagai penyesalanku karena mengambil keluargamu.”
Keesokan paginya, Jaka menuruti perkataan Raja Khayangan. Meski hujan gerimis, dia tetap datang ke sungai itu. Dia tidak percaya dengan yang dia lihat. 7 gadis yang sangat cantik sedang mandi di pinggiran sungai itu. Selendang mereka diletakkan di batu yang dekat dengan pepohonan agar tidak hanyut terbawa air.
Tidak sulit untuk mengenali siapa-siapa pemilik selendang itu karena mereka memakai pakaian yang sewarna dengan selendang itu.
Jaka sangat bingung untuk memilih. Semua gadis disana sangat cantik.Tapi, akhirnya dia memutuskan untuk memilih gadis yang memakai pakaian kuning. Rambutnya hitam panjang, matanya juga hitam indah, dan suaranya sangat mempesona.
Dia segera mengambil selendang yang berwana kuning, lalu menyembunyikannya.
Setelah mereka selesai mandi, mereka mengambil selendang mereka untuk pulang. Tapi, gadis dengan pakaian kuning itu tidak bisa pulang karena selendangnya hilang. Saudari-saudarinya membantunya mencari selendang itu. Tapi mereka tidak bisa menemukannya.
Mereka harus segera pulang sebelum ada warga yang melihat mereka. Jadi, terpaksa dia ditinggal sendirian menangis di tepi sungai itu. Setelah beberapa lama, barulah Jaka berani keluar dari persembunyiannya.
Awalnya, gadis itu terlihat snagat ketakutan dengan kehadiran Jaka. Tapi, Jaka yang bersikap sangat baik dan ramah padanya membuatnya mempercayai Jaka. Gadis itu bernama Nawang Wulan.
Dia tinggal bersama dengan Jaka. Para warga keheranan, dan penasaran dari mana Jaka menemukan Nawang Wulan. Tapi setiap ditanya, Jaka hanya tersenyum dan tidak menjawab. Dia bersikap sangat baik pada Nawang Wulan, sampai akhirnya mereka saling jatuh cinta. Dan mereka menikah. Mereka dikaruniai serorang anak perempuan yang diberi nama Nawangsih.
Tapi, Jaka Tarub mulai merasa ada yang aneh. Gudang tempat dia menyimpan padi seperti tidak pernah berkurang. Gudangnya semakin penuh, padahal dia dan Nawang Wulan tidak pernah makan tanpa nasi. Dia mulai curiga pada istrinya.
Karena penasaran, dia menanyakannya pada Nawang Wulan. “Wulan, bagaimana bisa kau memasak nasi tanpa mengurangi persediaan padi di gudang kita?” Nawang Wulan kelihatan terkejut saat suaminya menanyakan hal itu. “Kau tidak perlu tau mengenai hal itu. Yang penting kita tidak akan kelaparan.” Jawab Nawang Wulan.
Setelah itu, Jaka tidak pernah membicarakan hal itu lagi.
Pada suatu hari, Nawang Wulan meminta Jaka untuk menjaga nasi yang sedang dia masak. Karena dia harus pergi untuk mencuci baju dengan Nawangsih. Tidak lupa Nawang Wulan mengingatkan Jaka untuk tidak membuka tutup penanak nasi itu. Tanpa rasa curiga, Nawang Wulan meninggalkan Jaka dan pergi ke sungai.
Muncullah rasa penasaran dalam hati Jaka. “Kenapa Nawang Wulan melarangku membuka tutup penanak nasi itu?” “Kenapa isi lumbung padiku tidak pernah berkurang?” Dia sangat penasaran dan sangat ingin membuka tutup penanak nasi itu.
“Mungkin mengintip saja tidak apa-apa.” Dia berfikir. Lalu, dia memutuskan untuk mengintip sedikit isi penanak nasi itu. Dan dia sangat terkejut. Hanya ada sebatang padi di dalam penanak nasi itu.
Kemudian hal tidak terduga terjadi. Padi itu menghasilkan nasi yang sangat sangat banyak. Sangat banyak sampai penanak nasi itu penuh dan tumpah. Nasi itu terus bertambah sampai lantai di dapur penuh dengan nasi. Jaka snagat bingung, dia tidak tau bagaimana cara menghentikan nasi itu bertambah.
Saat Nawang Wulan pulang, rumahnya sudah dipenuhi dengan nasi. Segera dia menghentikan nasi yang meluap dari penanak nasi itu. Nawang Wulan sangat marah sekaligus kecewa pada Jaka. Dia sangat sedih karena Jaka tidak menuruti permintaannya.
Karena kecerobohan Jaka, Nawnag Wulan kehilangan kekuatannya. Dia harus memasak nasi seperti manusia biasa. Akibatnya, gudang penyimpanan padi Jaka jadi semakin berkurang dan berkurang.
Pada suatu saat, saat Wulan akan mengambil padi, dia melihat sesuatu. Selendangnya! Rupanya selama ini Jaka menyembunyikan selendangnya di dalam gudang penyimpanan nasi itu.
Wulan langsung mengambil selendangnya, ddan menunjukannya pada Jaka. Jaka tidak bisa berkata apa-apa karena memang dia yang menyembunyikan selendang nawang wulan. Karena selendangnya sudah kembali, Nawang Wulan bisa kembali ke Khayangan.
Dia akhirnya meninggalkan Jaka dan Nawangsih. Karena kecerobohan Jaka, dia tidak dapat lagi menemui istrinya. Tetapi Nawang Wulan akan selalu menjaga Nawangsih. Setiap pelangi muncul, Nawang Wulan akan datang untuk menemui Nawangsih.

Oke, semoga kalian suka :) Mohon maaf kalau banyak typo dan berbagai kesalahan penulisan. Ini Jaka Tarub versi aku sendiri, bukan dari sumber lain. 

Terima Kasih ^-^

Bagaimana Jika...



Guruku pernah bertanya “Bagaimana jika kamu tertangkap ISIS dan kamu dipaksa untuk ikut ajaran mereka ? Jika kamu ikut mereka, kamu harus meninggalkan agamamu, dan ikut ajaran mereka. Jika tidak, kamu akan mati.”
Semua murid yang ditanyai menjawab mereka memilih untuk MATI. Lalu guruku bertanya padaku, dan aku menjawab “Aku pilih ikut ajaran mereka. Tapi aku tidak meninggalkan agamaku.” Sepertinya gururku tidak merenungi kata-kataku, sehingga dia tidak mengerti. Dan dia berkata sambil menatapku “Saya memilih mati sebagai martir untuk Allah.”
Hal ini yang bisa dibilang heroik, berani, dan setia. Tapi bodoh.  Kenapa? Karena mereka melakukan yang Tuhan minta, bukan yang Tuhan butuhkan. (perumpamaan)
Kau berani untuk mati demi Tuhan. Kau tidak mau meninggalkan agamamu karena kau sangat mencintai Tuhan. Kau tidak ingin mengkhianati Tuhan. Kau merelakan nyawamu untuk mempertahankan keyakinanmu pada Allah. Dan, kau meninggal. Mereka membunuhmu.
Lalu apa? Kau meninggal, lalu apa? Masuk surga? Darimana kau yakin kalau kau akan masuk surga ? Kau sengaja membiarkan mereka membunuhmu tanpa perlawanan. Apakah itu termasuk bunuh diri ? Meskipun kau melakukannya untuk Allah ?
Aku tidak membenarkan keputusanku untuk mengikuti ajaran mereka, tetapi tidak melupakan agamaku. Karena hal itu mungkin sama seperti menyangkal Allah. Tetapi, sebenarnya apa itu sebuah penyangkalan ? Apakah Tuhan melihat hanya dari bibir kita saja ? Tidak, Tuhan melihat hati kita. Bibir kita berbohong, tetapi tidak dengan hati kita. Dan tidak, aku tidak akan menyangkal Tuhan dalam hatiku.Aku akan selalu menjadi anaknya, dan aku bangga akan hal itu. Dan aku akan memperjuangkannya.
Coba kita renungkan lagi. Jikalau kita semua memilih untuk mati, lalu siapa yang akan memperjuangkan iman ? Siapa yang akan berjuang untuk Allah ? Kalau kita memilih untuk mati, maka kita mengakhiri harapan iman kita. Harapan kalau iman kita dapat bangkit melawan kesalahpahaman iman ISIS. Bukankah itu artinya mereka menang ?
Jangan berfikir aku akan menyerah dan merelakan Allah dan imanku. Aku, tidak akan mati karena menyerah. Aku akan mati sebagai pejuang. Aku akan memperjuangkan imanku, sampai akhir. Biarkan mulutku menyangkal Tuhan, tapi 1 hal yang pasti. Aku tidak akan menyangkal Allah dalam hatiku.
Bagaimana bisa kalian menyerah dan bersedia mati ? Lalu siapa yang akan menjadi harapan dan berjuang demi iman dan kebenaran ? Kita akan membiarkan mereka menjajah dunia ini ? Membiarkan dunia ini hancur dan tenggelam kedalam kegelapan dan kehancuran ? Jika kalian begitu, aku tidak. Aku tidak ingin menyangkal Allah, tetapi aku juga tidak mau menyerah dan berhenti memperjuangkan Iman dan Tuhan yang kupercaya. Aku ingin berjuang sebagai tentara Allah.
Jika pada akhirnya aku harus kalah, maka biarlah aku kalah sebagai pejuang dan petarung. Bukan sebagai orang yang mati menyerah tanpa berjuang. Terkadang, kita bisa memilih untuk memberikan yang diinginkan Allah, atau memberikan yang dibutuhkan Allah. Dan setelah 2 tahun, jawabanku tidak berubah. Aku tetap memilih untuk “mengikuti ajaran mereka, tetapi tidak meninggalkan agamaku.”
Guruku mungkin tidak merenungkan jawabanku. Tapi  bukan masalah. Karena setiap orang memiliki pilihan dan tujuan hidup masing masing. Jangan menyalahkan seseorang karena pilihan mereka, semua orang memiliki keputuusan sendiri dalam menentukan pilihan mereka. 

Aku seorang PETARUNG bukan seorang yang BERHENTI BERUSAHA.


Jangan menyerah Tuhan akan memberimu kekuatan yang kau butuhkan untuk bertahan.


Dia yang bersujud di hadapan Allah bisa menghadapi siapapun.



Selama kau tau kalau Tuhan ada untukmu, siapapun yang melawanmu bukanlah masalah.
 Oke Oke... Mohon maaf kalau banyak kekurangan. Artikel ini hanya berupa pendapat saya, bukan untuk mengundang konflik atau pertengkaran yang berkepanjangan.
Sedikit pesan moral lagi... Beranilah mengambil keputusan yang berbeda untuk hasil yang berbeda juga. 
Satu lagi, Dengarkan, dan Renungkan setiap jawaban sebelum membantah. 
Udah, sekian aja artikel kali ini. Maafin kalo masih banyak typi atau kata-kata yang gak enak. Semoga bermanfaat. :) Dan, ya. Aku seorang Katholik. 

Terima Kasih ^-^

Wali Kelas



Haiii....
Dalam artikel ini, aku akan bahas tentang Wali Kelas. Ini karena denger beberapa keluhan dari temen aja sih, dan jadilah artikel ini. Selamat membaca..

Semua kelas pasti memiliki Wali Kelas. Sebenarnya, kenapa sebuah kelas memerlukan seorang wali kelas? Apa peran seorang wali kelas ? Haruskah sebuah kelas memiliki seorang wali kelas? Mengapa?

Oke, mari kita bahas mengenai sosok wali kelas, dan bagaimana seharusnya seorang wali kelas melakukan tugasnya.
Seorang wali kelas adalah guru yang dipercaya untuk menjaga suatu kelas sebagai pembimbing, bukan hanya sebagai pengajar. Meskipun terlihat sepele, sebenarnya menjadi seorang wali kelas bukanlah hal yang seharusnya disepelekan dan dianggap tidak penting.
Seorang wali kelas harus bisa membimbing semua murid yang ada dalam kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Memberi nasehat, bina karakter, pesan moral, motivasi, dll kepada siswa adalah tugas dan kewajiban pokok wali kelas. Wali kelas harus bisa membina dan mengatur kelasnya dengan adil.
Jika ada muridnya yang bertengkar, wali kelas harusnya menjadi orang pertama yang melerainya, barulah setelah wali kelas tidak bisa menyelesaikan masalah, guru BP dan Kesiswaan bertindak. Kalau sekarang, ada yang bertengkar, dipanggil ke kantor BP, diberi sanksi, lalu dibiarkan. Lalu, apa peranan seorang wali kelas dalam menjaga dan membimbing kelasnya?
Seorang wali kelas harus menjadi orang pertama yang tau tentang kelasnya. Nilai rata-rata, kekompakan, pertemanan, semangat belajar, keluhan murid, dll. Wali kelas harus dapat menjadi orang yang dipercaya kelasnya untuk menjadi tempat bercerita mengenai guru lain, keadaan kelas, ketertiban kelas, dll. Seorang wali kelas juga harusnya dapat membangun semangat, kekompakan, dan memotivasi murid dalam belajar.
Apa gunanya seorang wali kelas yang tidak bertanggung jawab? Wali kelas yang meninggalkan kelasnya saat ada kerusuhan. Wali kelas yang pergi saat kelasnya sedang melakukan rapat. Wali kelas yang tidak peduli dengan kekompakan dan semangat kelas. Wali kelas yang memiliki ratusan pekerjaan yang lebih penting daripada membina dan mendampingi kelasnya. Wali kelas yang membimbing kelasnya dengan SETENGAH HATI.
TIDAK ADA. Tidak ada gunanya sebuah kelas memiliki wali kelas seperti paragraph diatas. Lebih baik kelas tidak memiliki wali kelas. Karena memang, wali kelas memiliki banyak tugas dan tanggung jawab atas kelasnya.Maka dari itu, jangan jadikan wali kelas sebagai sambilan guru.
Menjadi wali kelas murid SD bukan masalah besar. Paling masalahnya hanya bertengkar, menangis, dan masalah kekanakan. Tapi menjadi wali kelas SMP dan SMA? Jauh berbeda dengan SD. Kenapa? Karena SMP dan SMA adalah dimana murid berkembang menjadi remaja. Dimana murid masih labil dengan keputusannya dan mengambil keputusan spontan.
Seorang wali kelas, harus siap dan mampu menghadapi emosi remaja yang beragam. Kalau seorang wali kelas sibuk dengan berbagai pekerjaan yang menghalanginya mendampingi kelasnya, JANGAN meminta guru lain untuk mendampingi kelas.
Perasaan guru, dengan wali kelas terhadap kelas itu berbeda. Seorang guru memiliki misi *membuat para siswa pintar dan mengerti yang dijelaskan.* Sedangkan seorang wali kelas seharusnya memiliki misi tambahan *mengembangkan dan membimbing murid.* Jadi, kalau seorang wali kelas terlalu sibuk untuk mendampingi kelasnya, lebih baik MENGUNDURKAN DIRI.
Bukan karena tidak pantas (meski sebenarnya memang tidak pantas). Tapi, karena muridnya. Kasihan para murid yang percaya dan memiliki harapan pada wali kelas mereka, tapi wali kelas mereka tidak sempat mendampingi rapat kelas atau bahkan tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan kelas.
Jika ditanya “apakah sebuah kelas memerlukan wali kelas?” Jawabannya adalah “Iya.” Sebuah kelas memang memerlukan wali kelas. Tapi, bukan wali kelas yang hanya melihat jabatan, ingin eksis, ingin terkenal, dan sok gaya. Sebuah kelas memerlukan wali kelas yang peduli.
Memang sederhana. Seorang wali kelas yang baik hanya digambarkan oleh sebuah kata. PEDULI. Tapi sebenarnya, kata itu sangat teramat berarti untuk kelas.
Saat rapat, wali kelas mandampingi. Tidak perlu memimpin rapat, hanya perlu mendampingi dan kalau ada kekurangan, wali kelas mengingatkan. Saat ada konflik murid, wali kelas melerai dan menyelesaikan masalah tanpa perlu guru BP. Saat murid kehilangan kekompakan, wali kelas membangkitkan semangat dan kekompakan kelas.
Kelas tidak memerlukan wali kelas yang popular, banyak jabatan, nggaya, eksis, modern, cantik, ganteng, galak, kaya, killer, dll. Kelas hanya memerlukan seorang wali kelas yang peduli.
Dan, kita tidak pernah tau betapa hal yang sepele bagi kita dapat menjadi hal yang sangat berharga bagi orang lain. 
Mungkin wali kelas tidak pernah bermaksud untuk tidak peduli. Dia hanya memiliki kesibukan yang snagat penting dan tidak bisa dihindari. Dan sebenarnya, wali kelas ingin mendampingi murid-muridnya. Tapi, kalau tak ada bukti, semua keinginan itu hanya mimpi belaka. Para murid tidak bisa melihat kedalam kepala guru. Jadi kalau guru tidak bertindak, dan membuktikan kasih dan kepeduliannya, semua yang dia rasakan tidak berarti.
Guru menyayangi muridnya. Murid membutuhkan guru. Dan karna itulah siswa dan guru harus dekat. Murid membepercayai guru. Dan guru dapat menyampaikan kasihnya. Karna terkadang, masalahnya adalah komunikasi dan saling mengerti. Wali Kelas yang tidak mengerti itu, hanya guru yang ingin lebih dipandang murid. Dan guru seperti itu tidak berguna, selain menodai misi guru yang sebenarnya. 


 PENDIDIKAN
adalah senjata terkuat
yang bisa kau gunakan untuk
MERUBAH DUNIA
~NELSON MANDELA


Oke. Sekian artikel kali ini. Dan yaa, masih ada banyak kesalahan kata-kata dan kalimat yang mungkin kurang sempurna. Ini gaada maksud nyinggung guru-guru loh... Cuma sharing pendapat aku aja karna banyak temen yang ribut soal wali kelas
Semoga bermanfaat.
Terima kasih ^-^

Naskah Drama di Sekolah

Hai Kawan..
Belum lama ini, aku dapet tugas untuk bikin naskah, dan main drama pendek. Aku pengen nge-dhare aja sih naskah yang aku bikin. Siapa tau bisa jadi inspirasi buat kalian.
Drama yang bagus gak harus dilengkapi banyak properti kok, cukup yang sederhana aja, asalkan kita bisa membuatnya jadi berkesan, drama akan tetep bagus.
Nah, drama ini dilakukan di sekolah. Kan jadi kita gak susah juga mencari propertinya. Ada unsur komedinya juga sih, jadi mungkin kalian akan senyum senyum sambil baca... hehehe.
Oke, selamat menikmati....



Gara-Gara Nilai Ulangan
Di kelas, Raya duduk di bangkunya sambil belajar. Pak Guru sedang duduk dan mempersiapkan pelajaran. Tiba-tiba, Pak Guru berdiri dan menghampiri Raya sambil membawa selembar kertas.
Guru : Raya, ini daftar nilai ulangan kemarin. Tolong beri tau teman-temanmu yang lain ya. Saya mau ke kantor kepala sekolah.
Raya : Oh… Iya Pak. Siap.
Guru : Oke. Makasih ya Raya.
Raya : Sama-sama Pak.
Guru pergi ke luar. Raya melihat hasil nilai dan sangat terkejut. Tidak lama kemudian, Reva datang.
Reva : Hai Ray, kamu lagi liat apaan?
Raya : Reva! Sini deh. Cepet!
Reva : Ada apaan sih?
Raya : Nih! Masa si Boy ulangannya dapet 100 ?! Aku aja cuma dapet 80!
Reva : Kok bisa sih?! Kamu gak belajar ya?
Raya : Belajar lah! Pasti Boy nyontek nih…
Reva : Jangan curigaan gitu dong. Boy kan ganteng… Ga mungkin dia nyontek.
Raya : Huh! Kamu bilang gitu kan karna kamu suka sama dia.
Reva: Nggak lah… Kamu tuh, sirik aja. Liat tuh, aku yang dapet 40 aja santai kok… Wekksss…
Raya : Ih Reva! Apaan sih!
Reva : Makannya, belajar yang rajin. Hahaha.
Raya : Ih. Kamu, nilai jelek aja bangga. Liat ya, ulangan selanjutnya aku pasti dapet 100!
Reva : Coba aja.
Raya : Oke! Tapi, aku gak percaya Boy bisa dapet nilai 100!
Reva : Tanya aja nanti kalo dia udah dateng.
Raya : Oke.
Beberapa saat kemudian Boy datang memakai Headset dan langsung duduk di kursinya.
Raya : Heh! Apaan nih! (Menunjukkan daftar nilai ke Boy)
Boy : Hasil ulangan. Kenapa?
Raya : Bukan! Gimana kamu bisa dapet 100?! Kamu nyontek kan?! Iya kan?!
Boy : Jangan curigaan gitu. Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan tau.
Raya : Ah, kamu! Gausah ngeles! Ayo ngaku! Kamu nyontek kan?!
Reva : Ih Raya… Jangan teriak-teriak gitu sama Boy. Kamu harusnya kasih selamat ke dia, kayak aku nih. Boy, selamat ya, kamu ulangan dapet 100.
Boy : Iya, makasih Rev. Kamu juga dapet 40, selamat ya.
Reva : Ih Boy… Aku dapet 40 aja dikasi selamat. Kamu baik deh.. Awww…  Lain kali, kamu ajarin aku ya. Biar aku juga bisa dapet 100.
Boy : hahaha, oke deh.
Raya : Malah pacaran lagi! Masalah kita belum selesai nih Boy!
Boy : Apaan sih ray… itu kan yang nilai Pak Amir. Bukan aku.
Raya : Iya. Tapi pasti kamu nyontek!
Boy : Mana buktinya? Kamu gaada bukti kan?
Raya : Hah! Udah jelas, gamungkin cowo kayak kamu bisa dapet 100! Di kelas aja tidur mulu!
Boy : Kebetulan, aku belajar kemaren. BTW, kamu jangan buka aib dong. Malu kali.
Raya : Kamu ya!
Reva : Raya, Raya, udah. Jangan galak-galak lah… Kasian kan Boy, kamu marahin terus.
Boy : Iya Ray. Lagian kamu, cewe kok galak banget. Kayak Reva dong, cantik, lembut, penyayang, gak galak.
Reva : Ih, Boy… kamu bisa aja.
Raya : Reva! Kok kamu malah belain si Boy sih!
Reva : Nggak belain Ray… Cuma kan kasian, cowo ganteng kena marah terus.
Raya : Apaan sih! Nih ya, kata Mama aku, Cewe itu selalu benar, dan Cowo itu selalu salah.
Reva : Kalo cewenya salah gimana?
Raya : Kalo cewe salah berarti cowonya lebih salah lagi karena nyalahin cewenya!
Boy : Kalo yang bertengkar cewe antar cewe?
Raya : Gatau! Mamaku belum bilang soal itu.
Reva : Kok, beda sama kata Papa aku ya?
Raya : Emang apa kata Papa kamu?
Reva : Kata Papa, Reva harus rajin belajar, biar jadi anak yang pintar dan sukses di masa depan.
Raya : Gak nyambung Rev!
Boy : Tapi bener tau. Kita memang harus rajin belajar biar sukses.
Reva : Yes! Dibelain Boy. Weekkss.. Maap ya Ray. Makasi ya Boy , Tambah Ganteng deh…
Raya : Oh, kamu gitu ya rev! Tega kamu! Kami lebih pilih…
Guru : Pilih aku atau dia yang engkau suka… (menyanyi)
Boy : Eh, Pak Amir. Selamat pagi Pak.
Guru : Pagi Boy. Ada apa ini?
Reva : Ini nih pak, Raya marahin si Boy gara-gara Boy nilai ulangannya 100. Kasian si Boy pak. Tolongin si Boy pak… Tolong… Aku gakuat melihat Boy menderita lebih lama lagi karena kena marah Raya… Ayo Pak. Tolongin si Boy…
Raya : Reva! Kamu kok malah belain si Boy?!
Reva : Soalnya Boy kan gak salah Ray…
Raya : apaan! Kamu tuh temen apaan coba?! Kamu masa…
Guru : Stop. Sudah. Jangan bertengkar. Boy, jelaskan apa yang terjadi.
Boy : Gatau tuh pak. Tadi tiba-tiba si Raya marah-marah ke aku. Dia gak trima nilainya aku kalahin.
Guru : Raya, apa benar?
Raya : Iya pak. Mana mungkin si Boy bisa dapet 100?! Dia kan pemales pak.
Guru : Saya mengoreksi ulangan itu sendiri. Saat ulangan, saya juga yang mengawasi kalian. Boy ini kan teman kamu. Kalau kamu mau dapat nilai bagus, minta dia mengajari. Selesaikan dengan baik-baik. Gak perlu bertengkar. Ya toh??
Semua : tooh..
Reva : Tuh ray… bener kata pak guru. Minta maaf sanah sama Boy.
Raya : Tapi tetep aja Pak! Bisa aja Boy nyontek!
Boy : Ray, kamu jangan curigaan gitu dong. Aku tau aku emang pemales dan nakal, tapi aku kan udah berusaha berubah dan belajar.
Reva : Tuh Ray… Si boy yang pemales dan tukang tidur di kelas aja bisa berubah. Masa kamu juga gak mau berubah?
Raya : Berubah apaan sih!
Reva : Jadi power ranger! Tapi jangan yang pink ya, terlalu kekanakan gimana gitu. Kamu kan galak. Gak pantes warna pink.
Raya : Huuh! Revaaa!!!!
Guru : Hei! Sudah, sudah. Raya, Boy kan sudah menjelaskan. Dia ingin berubah. Harusnya kamu percaya dan membantu dia dong. Kita kan sesama manusia harus saling menolong dan saling percaya. Ya toh???
Semua : Tohh…
Raya : Iya deh pak. Raya nyesel. Raya salah karena kurang maksimal belajar dan malah nyalahin orang lain.
Guru : Nah , gitu dong. Ayo, minta maaf sama Boy dan Reva.
Raya : Kalo ke Boy sih iya. Tapi, aku kan gak salah ke Reva?!
Guru : Eh… Kamu kan udah gak mau dengerin Reva dan gak percaya sama dia. Coba kamu mau dengerin Reva, kan gak akan kayak gini kejadiannya. Ya toh??
Semua : Tohh…
Raya : Iya deh. Boy, Reva, aku minta maaf ya. Aku gak mau dengerin penjelasan kalian dan malah nyalahin kalian terus.
Reva : Oh iya jelas. Aku maafin kok Ray. Boy, kamu maafin Raya kan?
Boy : Iya aku maafin kok. Kan kita semua teman.
Guru : Nah, gitu dong. Kalau begini kan enak. Saya jadi terharu…
Reva : Wah, tisu tisu… Ray, cari tisu buat Pak Amir. Cepet…
Raya : Iya iya..
Guru : Ehhh.. Gak usah. Lebih baik kalian pulang saja.
Reva : Kok pulang pak?
Guru : Iya, soalnya saya mau ada rapat dengan kepala sekolah.
Reva : Bukannya kita mau ada ul… Hmph…
(Raya membungkam mulut Reva)
Raya : Oh.. gitu ya pak. Oke deh pak. Yuk Rev, kita pulang. Kita beli es krim.
(Reva membuka tangan Raya yang membungkam mulutnya)
Reva : Es krim?
Raya : Iya, sama coklat, Yuk. Aku yang traktir.
Reva : Ayo!!! (Reva langsung mengambil tas dan lari keluar bersama dengan Raya)
Guru : Nah, tinggal kita Boy.
Boy : Hehehe… Saya tiba-tiba merasa pusing pak. (megang perut)
Guru : Pusing di perut ya??
Boy : Oh… iya pak. Anu… Saya tadi habis makan otak-otak. Udah ya pak… bye!!
Boy langsung mengambil tasnya dan kabur.
Guru : Yah pemirsa… dan pada akhirnya saya ditinggal sendirian oleh para murid saya yang begitu adanya. The End. 

Oke deh... Itu naskah udah mengalami 3 kali perbaikan loh. Berat juga ternyata bikin naskah. Tetep aja, gaada yang sempurna. Mungkin masi banyak typo atau kata-kata yang gak menyenangkan. Tolong maklum dan dimaafkan yaa... 

Terima Kasih ^-^