Jaka Tarub



Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak bernama Jaka Tarub. Dia tinggal dengan kedua orang tuanya dan seorang adik perempuannya. Ibu Jaka, Sekar dulunya adalah gadis tercantik di desa. Banyak sekali laki-laki yang inginmenjadikannya istri.
Tapi, ibu Jaka lebih memilih ayah Jaka, Ranu. Padahal, ayah Jaka adalah orang yang bodoh dan ceroboh. Saat ditanya kedua orangtuanya kenapa dia lebih memilih Ranu daripada semua laki-laki yang lebih baik, Sekar menjawab “Cinta bukan hanya karna wajah, uang, atau kepintaran. Cinta itu perasaan yang tidak terjelaskan. Dan aku yakin, Ranu akan menjadi orang yang tepat untukku.”
Setelah mendengar perkataan Sekar, kedua orangtuanya tidak mengatakan apapun lagi. Mereka menyetujui pernikahan Sekar. Tapi, banyak laki-laki yang tidak setuju dengan keputusan kedua orangtua Sekar. Mereka membakar rumah Ranu dan Sekar.
Untuk menghindari kejadian itu terjadi lagi, Ranu dan Sekar pindah ke hutan. Tempatnya tidak terlalu jauh dari desa, tapi cukup untuk menghindari orang-orang yang membenci mereka.
Dua tahun setelah mereka menikah, Jaka lahir. Tidak seperti ayahnya, Jaka tumbuh menjadi anak yang pintar, tapi dia sangat nakal. Dia suka memanjat pohon di hutan, berenang di sungai, dan menghilang saat orangtuanya mencarinya.
Saat jaka berusia sekitar 5 tahun, adik perempuannya lahir. Namanya Arum. Tidak seperti kakaknya, Arum adalah gadis yang manis, sopan, dan lembut. Tapi sayang, kebodohan ayahnya menurun padanya. Dia sering lupa kalau dia sedang menanak nasi, terkadang bahkan dia tersesat di hutan karena lupa jalan pulang.
Tapi, setelah berusia 12 tahun, nampaklah kecantikan Arum yang tiada banding. Dia sangat mirip dengan Ibunya. Langsung saja, banyak laki-laki yang datang untuk melihat kecantikan Arum. Banyak diantara mereka yang berusaha mendekati Arum, tapi Jaka selalu melindungi adiknya itu.
Pada suatu siang, Arum dan Sekar sedang mencuci baju di sungai. Tiba-tiba Raja Khayangan datang. Rupanya, kecantikan Arum dan Sekar sudah terdengar sampai ke Khayangan. Raja ingin menjadikan Sekar istrinya, dan Arum anak angkatnya. Tapi, keduanya menolak.
Arum dan Sekar segera lari menuju rumah mereka sambil berteriak minta tolong. Sebelum mencapai rumah mereka, Raja Khayangan sudah menangkap mereka. Mereka lalu dibawa ke Khayangan. Ranu mengejar istri dan putrinya, tapi tidak bisa.
Dia bersedih selama berbulan-bulan. Lalu, pada pagi hari, dia pergi ke sungai. Dia berteriak marah kepada Raja Khayangan. Dia menghina dan memaki Raja dengan penuh benci. Rupanya, dia membuat Sang Raja marah.
Raja Khayangan mengirimkan petir yang sangat dahsyat. Petir itu menyambar tepat pada Ranu. Ranu langsung jatuh kedalam sungai. Jaka yang melihat di balik pepohonan langsung lari, berusaha mengejar ayahnya.
Tapi, ayahnya sudah tak bernyawa, dan arus deras yang dikirimkan Raja Khayangan membawa Ranu pergi dengan cepat. Jaka menangis di pinggir sungai yang deras itu. Meratapi bagaimana jadinya hidupnya tanpa kedua orangtuanya dan adiknya.
Beberapa tahun berlalu, usia Jaka kini 22 tahun. Dia sudah mulai terbiasa hidup sendiri. Setiap pagi dia pergi ke sungai untuk mengenang keluarganya. Pada malam hari, dia bermimpi. Raja Khayangan datang menemuinya.
Dia berkata “Jaka, besok datanglah ke sungai lebih awal. Aku akan mengirimkan 7 anak gadisku. Pilihlah 1 untuk menjadi teman hidupmu. Ambillah selendangnya, dan sembunyikanlah. Tanpa selendang itu, dia takkan pulang. Jangan serakah, pilihlah satu. Anggaplah sebagai penyesalanku karena mengambil keluargamu.”
Keesokan paginya, Jaka menuruti perkataan Raja Khayangan. Meski hujan gerimis, dia tetap datang ke sungai itu. Dia tidak percaya dengan yang dia lihat. 7 gadis yang sangat cantik sedang mandi di pinggiran sungai itu. Selendang mereka diletakkan di batu yang dekat dengan pepohonan agar tidak hanyut terbawa air.
Tidak sulit untuk mengenali siapa-siapa pemilik selendang itu karena mereka memakai pakaian yang sewarna dengan selendang itu.
Jaka sangat bingung untuk memilih. Semua gadis disana sangat cantik.Tapi, akhirnya dia memutuskan untuk memilih gadis yang memakai pakaian kuning. Rambutnya hitam panjang, matanya juga hitam indah, dan suaranya sangat mempesona.
Dia segera mengambil selendang yang berwana kuning, lalu menyembunyikannya.
Setelah mereka selesai mandi, mereka mengambil selendang mereka untuk pulang. Tapi, gadis dengan pakaian kuning itu tidak bisa pulang karena selendangnya hilang. Saudari-saudarinya membantunya mencari selendang itu. Tapi mereka tidak bisa menemukannya.
Mereka harus segera pulang sebelum ada warga yang melihat mereka. Jadi, terpaksa dia ditinggal sendirian menangis di tepi sungai itu. Setelah beberapa lama, barulah Jaka berani keluar dari persembunyiannya.
Awalnya, gadis itu terlihat snagat ketakutan dengan kehadiran Jaka. Tapi, Jaka yang bersikap sangat baik dan ramah padanya membuatnya mempercayai Jaka. Gadis itu bernama Nawang Wulan.
Dia tinggal bersama dengan Jaka. Para warga keheranan, dan penasaran dari mana Jaka menemukan Nawang Wulan. Tapi setiap ditanya, Jaka hanya tersenyum dan tidak menjawab. Dia bersikap sangat baik pada Nawang Wulan, sampai akhirnya mereka saling jatuh cinta. Dan mereka menikah. Mereka dikaruniai serorang anak perempuan yang diberi nama Nawangsih.
Tapi, Jaka Tarub mulai merasa ada yang aneh. Gudang tempat dia menyimpan padi seperti tidak pernah berkurang. Gudangnya semakin penuh, padahal dia dan Nawang Wulan tidak pernah makan tanpa nasi. Dia mulai curiga pada istrinya.
Karena penasaran, dia menanyakannya pada Nawang Wulan. “Wulan, bagaimana bisa kau memasak nasi tanpa mengurangi persediaan padi di gudang kita?” Nawang Wulan kelihatan terkejut saat suaminya menanyakan hal itu. “Kau tidak perlu tau mengenai hal itu. Yang penting kita tidak akan kelaparan.” Jawab Nawang Wulan.
Setelah itu, Jaka tidak pernah membicarakan hal itu lagi.
Pada suatu hari, Nawang Wulan meminta Jaka untuk menjaga nasi yang sedang dia masak. Karena dia harus pergi untuk mencuci baju dengan Nawangsih. Tidak lupa Nawang Wulan mengingatkan Jaka untuk tidak membuka tutup penanak nasi itu. Tanpa rasa curiga, Nawang Wulan meninggalkan Jaka dan pergi ke sungai.
Muncullah rasa penasaran dalam hati Jaka. “Kenapa Nawang Wulan melarangku membuka tutup penanak nasi itu?” “Kenapa isi lumbung padiku tidak pernah berkurang?” Dia sangat penasaran dan sangat ingin membuka tutup penanak nasi itu.
“Mungkin mengintip saja tidak apa-apa.” Dia berfikir. Lalu, dia memutuskan untuk mengintip sedikit isi penanak nasi itu. Dan dia sangat terkejut. Hanya ada sebatang padi di dalam penanak nasi itu.
Kemudian hal tidak terduga terjadi. Padi itu menghasilkan nasi yang sangat sangat banyak. Sangat banyak sampai penanak nasi itu penuh dan tumpah. Nasi itu terus bertambah sampai lantai di dapur penuh dengan nasi. Jaka snagat bingung, dia tidak tau bagaimana cara menghentikan nasi itu bertambah.
Saat Nawang Wulan pulang, rumahnya sudah dipenuhi dengan nasi. Segera dia menghentikan nasi yang meluap dari penanak nasi itu. Nawang Wulan sangat marah sekaligus kecewa pada Jaka. Dia sangat sedih karena Jaka tidak menuruti permintaannya.
Karena kecerobohan Jaka, Nawnag Wulan kehilangan kekuatannya. Dia harus memasak nasi seperti manusia biasa. Akibatnya, gudang penyimpanan padi Jaka jadi semakin berkurang dan berkurang.
Pada suatu saat, saat Wulan akan mengambil padi, dia melihat sesuatu. Selendangnya! Rupanya selama ini Jaka menyembunyikan selendangnya di dalam gudang penyimpanan nasi itu.
Wulan langsung mengambil selendangnya, ddan menunjukannya pada Jaka. Jaka tidak bisa berkata apa-apa karena memang dia yang menyembunyikan selendang nawang wulan. Karena selendangnya sudah kembali, Nawang Wulan bisa kembali ke Khayangan.
Dia akhirnya meninggalkan Jaka dan Nawangsih. Karena kecerobohan Jaka, dia tidak dapat lagi menemui istrinya. Tetapi Nawang Wulan akan selalu menjaga Nawangsih. Setiap pelangi muncul, Nawang Wulan akan datang untuk menemui Nawangsih.

Oke, semoga kalian suka :) Mohon maaf kalau banyak typo dan berbagai kesalahan penulisan. Ini Jaka Tarub versi aku sendiri, bukan dari sumber lain. 

Terima Kasih ^-^

0 komentar:

Posting Komentar