Hai
lagi untuk kesekian kalianya… :D
Dalam
artikel ini aku cuma mau sharing aja kok. Tentang apa? Tentang pengalaman aku
saat pertama kali jadi Lektor di Gereja.
Kalo
kalian belum tau, aku adalah seorang gadis yang sangat cantik, imut, dan
menggemaskan loh… #Hiyaa… Oke, serius
serius… Serius aku cantik bgt kalo diliat langsung. :v Maaf, mood lagi bagus,
jadi agak gila nih.
Oke,
jadi aku itu beragama Katholik, dan yah… Katanya sih bahasa inggrisku bagus.
Tapi, tetep aja aku gak merasa sombong karna memang bahasa inggrisku masih
terbatas. Dan, jelas banget masih banyak yang aku harus pelajari.
Nah,
aku tergabung dalam sebuah komunitas, yaitu EYM (Eucharistic Youth Movement)
yang akan aku jelaskan pada artikel lain
di lain waktu. Singkatnya, EYM itu adalah organisasi untuk orang muda katholik
yang dipimpin oleh Paus.
Senangnya,
Romo Frederic Fornos S.J datang ke Indonesia. Siapa sih dia? Dia adalah Jendral
di Vatikan, jadi seperti wakil Paus gitu. Dia datang ke Indonesia untuk
mengecek ektifitas EYM Indonesia, dan juga mengadakan misa besar.
Misa
besar ini diadakan di Gereja Kota Baru, Yogyakarta. Gak cuma itu, misa ini juga
dihadiri oleh banyak romo lain dari luar negri. Romo-romo ini juga merupakan
pemimpin komunitas-komunitas yang dipimpin oleh Paus. Dan, misa ini diadakan
dengan bahasa Inggris.
Nah,
sekolahku diminta untuk mewakilkan murid untuk menjadi Lektor (Pembaca) dan
Pembaca Doa Umat. Dan ya, dibaca dengan bahasa Inggris.
Ternyata,
ada 4 orang yang mencalonkan diri, termasuk aku. Karena hanya ada 2 tempat,
maka dilakukanlah seleksi. Hasilnya, aku menjadi Lektor, dan seorang adik
kelasku, Rena menjadi pembaca Doa Umat.
Huh…
Aku berlatih selama sekitar 3-4 hari. Tapi, aku gak berlatih sendirian. Aku
dibantu oleh seorang guruku. Dia mengajarkan naik turun nada saat membaca, cara
membaca yang benar, dan berbagai hal lain yang masih perlu di latih.
Setelah
latihan terus, akhirnya hari besar itu datang. Pada hari Minggu, 25 Oktober
2015, misa besar itu diadakan. Aku berangkat pada pukul 11.00 dari sekolahku.
Kami lalu berhenti di 2 sekolah lain untuk menjemput anggota lainnya yang akan
mengikuti misa.
Rupanya
halanganku untuk menjadi Lektor belum selesai. Karena ada sedikit miss
komunikasi, maka terjadilah hal yang tidak diinginkan. Rupanya, ada seorang anak
di sekolah lain yang juga diminta untuk menjadi lektor. Maka dari itu, aku
harus melakukan seleksi lagi.
Sesampainya
di sana, aku meletakkan barang-barangku di ruangan yang sudah di sediakan.
Lalu, aku mengikuti kakak panitia untuk diseleksi menjadi lektor. Yang lebih
baik akan membaca Bahasa Inggris, yang kurang, membaca Bahasa Indonesia.
Gugupnya
aku bukan main. Karna aku belum pernah menjadi lektor sebelumnya, dan aku jelas
belum latihan untuk membaca dalam Bahasa Indonesia. Jadi, aku terus berdoa agar
aku mendapatkan Bahasa Inggris saja.
Untungnya,
Tuhan menolongku. Berkat Bu Guru yang mengajariku, aku mendapatkan Bahasa
Inggris. Dia yang menjadi sainganku dalam membaca, membaca sabda dengan datar
dan tanpa tekanan. Bu Guru yang mengajariku tekanan, sehingga aku berhasil.
Sungguh aku sangat berterima kasih padanya.
Meskipun
aku sangat senang, aku juga sangat gugup. Karena memang aku memiliki demam
panggung.
Pada
saat misa, orangtuaku datang. Rasanya ingin kabur saat itu juga. Ternyata ada
banyak sekali orang yang menghadiri misa itu. Apalagi ada sekitar 10-12 romo
yang memimpin misa itu. Aku benar-benar tidak boleh melakukan kesalahan.
Akhirnya
tibalah saatnya aku maju. Aku naik ke atas altar, dan maju ke tempat membaca.
Aku melihat umat yang mengikuti misa, sangat banyak. Dan aku mulai membaca. Aku
berusaha sangat keras untuk fokus. Bicara pelan, keras, tegas, naik turun nada,
cara membaca. Banyak yang harus diperhatikan.
Di
tengah membaca, rasanya kakiku lemas. Rasanya aku akan jatuh. Aku menahan. Aku
harus bisa. Aku tidak mau ada yang kecewa. Dan akhirnya benar, aku bisa. Aku
berhasil. Seketika semua beban terangkat dari bahuku. Rasa khawatir seketika
hilang. Aku berhasil.
Kadang
kita tidak percaya kalau kita bisa. Kadang kita merasa kalau kita yang paling
baik. Kita sering merasa tidak percaya diri. Kita sering minder, merasa diri
buruk.
Apa
alasannya? Malu? Gak PeDe? Minder? Trauma? Lalu kapan kita dapat mengubahnya?
Memang mungkin kita memiliki ketakutan masing-masing. Kita sering takut dan tidak percaya diri.
Tapi jika kita tidak mau berubah, kapan kita tau? Apakah kita bisa atau tidak?
Jangan
berkata tidak bisa saat ada kesempatan. Jangan bilang takut kalau orang lain
tidak takut. Kalau kau ingin merubah dunia, maka kaub harus bisa merubah dirimu
sendiri. Kita tidak bisa berubah hanya dalam 1 malam. Bertahap. Tapi, kalau ada
kemauan maka kita bisa.
Oke deh... Sekian untuk artikel kali ini. Semoga bermanfaat.
Untuk kesalahan pengetikan atau kata-kata yang kurang berkenan, saya sangat minta maaf.
Makasih ^-^
0 komentar:
Posting Komentar